Persoalan mengenai ilmu pengetahuan, tentu mencakup keseluruhan objek-objek pemikir. Namun, yang dimaksudkan dalam konteks ini ialah anak muda. Kemajuan suatu bangsa seringkali dikaitkan dengan kontribusi para pemuda. Bahkan di Indonesia, perannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara jelas tidak dapat dinafikan.
Penentu atau pemegang kendali di masa 5, 15 hingga 30 tahun yang akan datang, niscaya tak dapat luput dari kapabilitas generasi eksper di masa kini. Bahwa dalam perwujudannya tentu memerlukan kesiapan atau pemantapan kompetensi ilmu pengetahuan, baik dalam aspek kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, maupun kecerdasan secara teknis (managerial).
Aspek-aspek inilah yang menjadi komponen paling vital, guna membentuk jiwa kepemimpinan atau kepribadian berbasis intelektual. Dalam hal ini dikerucutkan kepada generasi anak muda, yang kerap mengalami ambang distraksi terhadap kenikmatan hedonisme.
Keputusan untuk mengambil peran, di tengah tantangan perkembangan zaman yang senantiasa dinamis ini, secara otomatis mengarahkan pada upaya pembentukan prefiks. Dalam artian merancang sikap netralisir terhadap kemungkinan-kemungkinan distorsi di masa mendatang. Atau dengan istilah lain, mengasah potensi diri untuk menjadi bagian dari kelompok penghibah kemajuan.