Kehilangan Wibawa
Kejadian wawancara semalam tentunya membedah opini publik tentang SBY. gaya bicara yang santun dan halus ternyata di REKAYASA, sekali lagi DIREKAYASA, itu bukanlah SBY yang sebenarnya, karena semua ini tentang pencitraan.ulangi lagi PENCITRAAN. Wibawa dan kesantunan SBY hanyalah omong kosong yang diskenariokan. Peristiwa semalam menunjukkan bahwa setinggi-tingginya bangau terbang,akhirnya jatuh ke got juga. Wibawa Pak SBY sudah hilang terbawa arus hiruk pikuk politik, dan Ia memilih menelanjangi kewibawaannya demi sebuah CITRA!
Tidak Peka kepada permasalahan rakyat
Semalam beliau juga menjawab pertanyaan tentang pesawat,kasus wisma atlet, century, dan pemilu Aceh. Dan yang membuat saya kecewa adalah , SBY menempatkan dirinya bukan sebagai bagian dari rakyat .Seakan akan dia adalah malaikat yang datang dari langit dan tak tahu menahu rasanya jadi rakyat. Wawancara tadi malam seharusnya bukan jadi ajang membela diri Pak Jenderal, tapi seharusnya menjadi pengakuan ketidakbecusan menangani permasalahan rakyat
Mengambil kawan yang salah
Mungkin beliau menganggap bahwa dengan merangkul wartawan maka pencitraannya di masyarakat akan baik. Tentunya akan baik jika cara dan metode yang digunakan tidak timpang. Wartawan seakan jadi "anak baik" di istana hanya karena permintaan dari staff Presiden untuk menyerahkan pertanyaan. Langkah ini semakin menenggelamkan citra SBY di mata pers. Bukankah seharusnya acara tadi malam menjadi dialog, bukan talk show yang diskenariokan?
Saya tidak benci SBY, hanya benci pada sikap pemerintahannya, yang tidak pro terhadap rakyat kecil. berhentilah menebar citra pak! kami sama sekali sudah muak dengan kemunafikan, dan kesewenang-wenanganmu !
Berhentilah Pak, jika memang sudah tak mampu.