Anggapan "
nggak normal" atau "orang cacat" serta atensi berlebihan menunjukkan stigma masyarakat Indonesia terhadap penyandang disabilitas masih tinggi. Bahkan, masalah penyebutan “tuna rungu, tuna netra, atau tuna wicara” saja masih banyak yang keliru. Penyematan kata “tuna” ini merujuk pada kerusakan atau kekurangan yang identik dengan perasaan dikasihani. Padahal, manusia mana yang ingin dikasihani?, maka, penyebutan tersebut dapat diganti dan diseragamkan dengan kata disabilitas atau difabel.
KEMBALI KE ARTIKEL