awan pembawa hujan bergerak perlahan menjauh, ikuti hembus angin... yang tadinya berteduh pun berhamburan memenuhi jalan... berlomba-lomba pulang, merindukan secangkir kopi panas serta senyum merekah penghuni rumah... akupun segera beranjak, meninggalkan emper minimarket basah pembawa kebimbangan... jalan-jalan basah oleh genangan air hujan dan rob, bercipratan mengotori celana jins belel ku... biar lah, sudah terlanjur kotor... sampai kaki menapak di pelataran rumah dan hujan hanya tinggal jejak beceknya, belum hilang sedikitpun galau ini... makin lama makin menggunung... harus ku putuskan sekarang, tak bisa tidak...
maafkan aku, kawanku, sahabatku, melebihi apa yang dinamakan saudara... pengorbananmu selama ini terlalu banyak, tak mungkin bisa ku membalasnya... aku mundur sobat... bukan untuk kalah, hanya menunda kemenangan kita, tuk sesaat...