Merengkuh kasih dalam kabut sembilu
Kau hadir menyemai benih kasih
Tumbuh subur mengakar curam
Ke dasar hati bergulung goresan luka
Kusambut hadirmu di tengah gawang pintu corak tua
Menghadangmu dengan penuh tatapan tanya
Tampilanmu sederhana
Masih kuingat kala itu
Sarung hitam yang kini setia merekat di raga
Batik lazuardi amat cocok dengan warna kulitmu
Peci berenda penyempurna kharismamu malam itu
Sungguh pesona hadirmu memalingkan duniaku
Sejuntai senyum mengiringi langkahmu
Dengan tekat menggelora
Kau beranikan diri menyelami ladang belukar
Penuh keyakinan menuju pelabuhan akhirmu
Aku mengamatimu dari kejauhan
Begitu luwes nada desahanmu
Begitu apik caramu merangkai frasa
Aku kagum dengan retorika syahdumu
Tak kutemukan ragu sedikitpun
Apalagi alibi untuk menolakmu
Tak perlu kutanyakan lagi
Itikad baikmu sudah menjadi bukti
Akan besarnya kasih yang kau miliki
Ya, aku akui kau memang biasa
Tak seperti pemuda mapan di luar sana
Namun...
Hatiku telah jatuh pada cinta yang bermuara
Tak ingin lagi jatuh pada kamuflase cinta sekejap
Yang kian menderu tak menetap
Aku jatuh cinta pada jiwamu
Aku jatuh cinta pada ilmumu
Aku jatuh cinta pada sederhanamu
Kau menjadi jawaban terindah
Dalam doa yang membumbung tinggi di singgasana
Dalam teduh wajahmu
Kau utarakan gairah asa saat kita bersua
Membingkai jalinan kasih menuju marka suci
Kuputuskan dalam istikharah sujudku
Desember ceria....
Aku memilihmu menjadi penghuni terakhir
Bersemayam abadi dalam relung sanubari