Beberapa waktu lalu secara kebetulan saya berbincang-bincang dengan seorang teman mengenai produk kosmetik yang dipakainya. Maka muncullah beberapa istilah seperti dermatologist tested, hypoallergenic, irritant-free, clinically proven, dll yang sering tercantum di kemasan produk kosmetik. Saya juga ingat ketika dulu pernah nyambi di retail farmasi dan kosmetik, label-label demikian merupakan salah satu alat marketing untuk menarik konsumen. Apakah benar klaim label-label tersebut?
Hypoallergenic
Hypoallergenic dan dermatologist tested mungkin adalah dua istilah yang paling sering ditemukan pada produk kosmetik. Hypoallergenic berarti ‘kurang bersifat alergik’ dan sering dipersepsikan sebagai tidak menyebabkan alergi oleh banyak orang. Secara medis, tidak dikenal definisi hypoallergic dan istilah ini merupakan istilah yang dibuat oleh perusahaan kosmetik dalam mengiklankan produknya. Awalnya, produk hypoallergenic adalah produk kosmetik yang dibuat dari bahan-bahan yang dikenal jarang/kurang/tidak berpotensi/tidak diketahui menyebabkan alergi pada kulit. Yang perlu diketahui adalah bahwa tidak ada satu bahan baku pun yang non-allergenic dan tidak dikenal satu pun metode untuk mengelompokkan suatu produk kosmetik hypoallergenic. Dalam mencantumkan klaim tersebut, perusahaan kosmetik tidak perlu melampirkan hasil pemeriksaan hypoallergenic ketika mereka meregistrasi produknya. Dasarnya adalah bila suatu produk kosmetik dipakaikan pada sekelompok subjek, bila tidak muncul reaksi alergi, maka disebut hypoallergic. Bagaimana bila muncul reaksi kulit merah atau iritasi? Gampang, tukar saja subjeknya atau diakali bagaimana caranya supaya memenuhi syarat, karena toh hasilnya tidak perlu dipublikasikan. Singkat cerita, validitas adalah tanda tanya besar.