Aku masih tersandar di ujung jendela,menikmati sang senja untuk terakhir kalinya dari tempat ini.Warnanya selalu menarikku untuk terus menyukainya.Sejak aku kecil aku begitu menyukai saat dimana senja mulai menjemput sang surya,bagiku saat itulah saat yang paling indah,tentunya jika hujan tak turun.
“mei-mei,,,” seseorang memanggilku.
Aku tersadar dari lamunanku menikmati senja,kutolehkan kepalaku mencoba mencari sosok yang memanggilku.
“keke,,,” seakan aku tak percaya akan kehadirannya
Lelaki itu salah satu petugas rumah sakit tempat nenekku di rawat,dia yang selalu mengantar aku dan nenek setiap ada pemeriksaan.Lelaki berkacamata itu hanya sekali berbicara denganku,tapi sekarang dia tiba2 menyapaku diujung senja.Sel2 otakku berloncatan ingin tahu ada apa ini?Aku hanya terdiam,masih berusaha menyusun pertanyaan untuknya,
“mei-mei” lelaki itu kembali memanggilku,tapi kali ini suaranya lebih lirih,
“maaf,ada apa dengan nenekku sampai Keke datang menemui saya di sini?”
Lelaki itu tersenyum mendengar pertanyaanku.
“kok malah senyum,” hardikku
“nggak boleh ya Mei?”
“Kenalin aku Chen,” belum sempat aku menjawab,dia memperkenalkan dirinya
“Di sini mereka emanggilku Lili” aku menyambut hangat perkenalannya
“Apa kau begitu menyukai senja?” tanyanya tiba2
“Ya..aku begitu menyukai senja”
Dia kembali tersenyum.Atom-atom di otakku kembali berputar-putar,bersiap meledak dengan seribu pertanyaan.Ada apa ini?pertanyaan itu terus bergelayut.Ada yang aneh di balik kehadiran dan pertanyaan-pertanyaannya.
Kulirik dia sekilas,mencoba menerka apa yang akan dikatakannya,tapi aku tak mampu menyelami pikirannya.Mungkin aku harus berlatih membaca pikiran orang.
“Mei-mei,aku menyukaimu.” ungkapnya tiba-tiba.
Aku tercengang kaget mendengarnya,atom-atom di otakku seakan telah meledak.Aku terdiam dan hanya terdiam,semuanya membuatku tak percaya.
“Ah..lelaki di sini sama saja,semuanya kucing garong” pikirku
“Mei,aku serius.akupun menyukai senja seperti aku menyukaimu” lanjutnya,seakan dia tahu apa yang aku pikirkan
Aku masih terdiam dengan seratus tanya.
“Mungkin aku menyukaimu sejak kedatanganmu,ingatkah Mei pertama kali kita bertemu ketika aku mengantarkamu dan nenekmu menjalani pemeriksaan di lantai 2?”
“kamu gadis manis,dan aku menyukai itu.tak tahukah kau,aku selalu mencuri pandang padamu?" lelaki itu mulai membuka kejadian seminggu lalu
Tepat seminggu lalu aku bertemu dengannya,mungkin bukan pertemuan pertama seperti yang dikatakannya karena sebelum itu aku pernah bertemu dengannya.Dan akupun selalu memperhatikannya,lelaki yang selalu memakai masker saat bekerja.Ya…seminggu lalu saat nenek menjalani serangkaian tes menjelang operasi dia memang mengantar dan menemani kami.Dia tak banyak bicara,tapi gerakannya begitu gesit.
Ingatanku mulai berkelana,mencoba memutar kembali memori seminggu yang lalu di depan ruang tes.Waktu itu nenek ada di dalam sedang menjalani tes,sementara aku di luar bersama lelaki itu.Kami berdua hanya diam membisu tanpa ada obrolan sedikitpun.aku begitu sibuk membuka coment2 di facebook,sementara dia?tak tahu lah karena aku tak terlalu memerhatikannya.
Mendengar kata-katanya mungkinkah lelaki itu memperhatikanku saat aku begitu asyik memencet keypad HPku,tapi apakah mungkin?pertanyaan itu mulai terlintas dalam pikiranku.
“ Mei,ingatkah coklat berpita merah disamping HPmu?" laki-laki itu melanjutkan kata-katanya
Aku menoleh,memperhatikannya,memperhatikan wajahnya tanpa masker,dia berbicara seakan tulus dari hati.dan kata-katanya pun terus mengajakku kembali mengulang kejadian2 selama aku di rumah sakit.
Coklat…..aku begitu ingat coklat berpita merah yang tergeletak disamping Hpku.
Jam sudah menunjukkkan pukul 10:30,aku bergegas pulang memasak untuk makan siang nenek.HP yang sedang aku charger tak kupedulikan.
Sekitar pukul 11:45 aku kembali ke rumah sakit lalu menyuapi nenek.sembari menyuapi nenek kulirik HP yang tadi ku charger,masih ada tapi ada yang berbeda,di sampingnya tergeletak coklat berpita merah.
“siapa yang menaruh coklat di situ?” batinku
Selesai menyuapi nenek,ku raih Hp yang tergeletak di atas meja,coklat itu masih enggan kupegang.Kuperhatikan di atas coklat itu tertulis sesuatu yang tak kumengerti,karena tulisan cina,tapi setelah aku cermati tulisan itu berbunyi mei-mei.Aku makin penasaran dengan siapa yang menaruh coklat di situ.
“Nenek,maaf siapa yang menaruh coklat di sini?" tanyaku pada nenek sambil menyodorkan coklat itu.
“Nenek nggak tahu,tapi kelihatannya ini buatmu.lihat ada tulisan mei2!”
“ini rejeki kamu,ambil saja,” lanjutnya.
Nenekpun nggak tahu siapa yang menaruhnya,aku harus bertaya pada siapa?sementara di ruangan itu hanya ada nenek karena 3pasien yang lain sedang menjalani operasi dari pagi.Kuraih kembali coklat itu dari tangan nenek,lalu kusimpan dalam laci bersama dengan rasa penasaranku.
“Mei-mei,” laki-laki itu kembali memanggilku
Aku masih terus membisu,walau sebenarnya aku tahu laki-laki itu menunggu kata-kataku.Kulirik dia terus memperhatikanku tapi akupun masih enggan menatapnya,senja itu masih menghipnotisku,walau tak kupungkiri setiap kata yang terucap dari mulut laki-laki itu perlahan masuk kedalam sel otakku lalu menjalar hingga ke hati.
“Mei,yang paling kuingat dan membuatku makin menyukaimu,ketika kamu memintaku menunjukkan tempat meyimpan kompres”
“Jarak antara kita waktu itu sangat dekat,”Dia melanjutkan kata-katanya
Ya…dan lagi-lagi laki-laki itu semakin membawaku mengingat kejadian yang jujur tak pernah aku lupa,bahkan tak kupungkiri dari situ akupun perlahan menyukainya.
Kompres kaki nenek sudah nggak terlalu dingin,akupun bergegas menggantinya,karena aku pernah diperingatkan dokter soal itu.Aku berjalan melewati lorong menuju ruang jaga,tapi sial tak ada satu perawatpun.Aku mencoba ketempat lain yaitu di ruang 52-03 tapi sama saja tak seorangpun ada.aku berniat kembali ke kamar.Tiba-tiba pandanganku tertuju pada pintu lift yang terbuka,Laki-laki itu yang berada dibalik pintu.Aku berlari kecil mendekatinya.
“Keke,saya mau ganti kompres.bisa bantu sebentar?” pintaku
“ikut saya”
Akupun berjalan dibelakang mengikutinya.Laki-laki itu tak terlalu tinggi tapi juga tak terlalu pendek,sedang-sedang saja kata orang jawa,perawakannya tegap dan cukup berisi.belum selesei aku mendiskripsikan dirinya laki-laki itu menoleh padaku dan menunjukkan tempat penyimpanan kompres.
“Mei-mei,di sini tempatnya.ambil saja,” dia membantuku membuka pintunya,
Benar saja,jarak kami begitu dekat dan jujur jantungku berdetak lebih kencang,mengalahkan detakan saat aku selesai olahraga.Dia tersenyum melihatku,tapi aku tak beani membalas senyumnya.
“terima kasih,” ucapku sembari beranjak pergi
Laki-laki itu lagi-lagi hanya tersenyum.
Senja itu mulai beranjak pergi bersama sang mentari,goresan orens di antara mendung yang mulai menghitam masih sedikit terlihat,tapi keindahannya masih sempurna,membuatku semakin terpesona.Kurasakan jari-jari tanganku ada yang menggenggam,membuatku terperajat kaget.Spontan aku melempar genggaman itu.Laki-laki itupun seakan kaget melihat reaksiku
“maaf mei-mei," Dia buru-buru minta maaf
Aku menatapnya sedikit sinis,mencoba memberitahunya aku tak menyukai kelakuaanya lewat tatapanku.Diapun sepertinya paham,dia terus meminta maaf.
“Sudahlah,tak perlu ucakan maaf lagi,” kubuka juga mulutku yang dari tadi terkunci
“Mei-mei,aku menantimu.dan aku ingin menyemai perasaan ini untukmu.Aku tahu kita berbeda sangat berbeda tapi aku ingin perbedaan ini mampu mnyatukan kita,jika Mei-mei mau menerimaku,” Dia berbicara panjang lebar
“Keke,terima kasih atas kejujurannya,tapi kita tak saling mengenal dan akupun tak mungkin semudah ini menerima cinta dari orang asing.”
“Aku mengerti dan aku akan terus menantimu.Aku menyukai senja seperti kamu menyukainya dan akupun menyukaimu seperti aku menyukai senja.Senja bagiku sebuah keindahan dan seperti itulah artimu buatku”
“aku tahu mayoritas wanita Indonesia menganggap laki-laki Taiwan itu identik dengan pergaulan bebas,tapi aku tak seperti tu.aku kan buktikan padamu Mei-mei.Dan iIjinkan aku menantimu Mei-mei!” Pintanya kemudian
Aku hanya menjawab dengan seulas senyum.Aku memang menyukainya tapi aku juga tak mau semudah itu menerimanya.aku dan dia benar-benar berbeda walau akupun sebenarnya berharap perbedaan itu mampu menyatukan kami.
Tatapan kami pada sang senja mengantar kepergian senja bersama kembalinya sang camar ke sarang.dan harapan kami menyambut kerlip lampu jalanan yang mulai terlihat.Senja terakhir yang begitu indah dan berkesan.berharap ada waktu lain yang mampu membawaku menikmati senja di tempat ini,balkon lantai 5.
Terima kasih Keke…………..
Taiwan, Maret 2012