Semenjak piala eropa berlangsung, dari pertandingan-pertandingan yang telah dilaksanakan. Masing-masing timnas tampil dengan kekuatan yang dimiliki dan strategi-strategi yang siap digelar untuk mencapai kemenangan. Hingga pertandingan ke 2 di setiap grup yang baru berlangsung semalam. Ada beberapa catatan menarik yang tentang tren pola permainan tim yang saat ini berkiblat pada permainan ala Tiki-Taka yang disajikan Timnas Spanyol. Pola yang diadopsi dari klub Barcelona ini juga berusaha diterapkan oleh tim-tim lain meski tidak sepenuhnya ditiru. Hal ini terkait dengan dukungan  materi pemain tidak sekomplit Timnas Spanyol.
Di tengah trend tersebut, Timnas Italia yang pada babak penyisihan juga menerapkan pola permainan menyerang mirip tiki taka. Pada putaran final ini justru tampil dengan strategi dan pola permainan yang berbeda. Pada pertandingan pertama melawan Spanyol dan kedua melawan Kroasia. Timnas Italia tampil dengan pola permainan 3-5-2. Pola ini bukanlah strategi baru dalam permainan sepakbola karena pola ini pernah trend digunakan pada masa tahun akhir 70an dan era 80an. Keanehan dari pola yang digunakan Italia ini justru pada komposisi penempatan pemain. Daniel Derossi yang merupakan seorang pemain tengah justru ditempatkan pada posisi sebagai libero pada pola ini.
Pengunaan pola ini oleh pelatih Timnas Italia Prandelli diduga pengamat dan publik dilatar belakangi oleh krisis pemain belakang Italia akibat dicoretnya Domenico Cristico (kasus judi sepakbola)dan cederanya Cristian Zagardo. Dilema ini bagi Prandelli dianggap sebagai sebuah berkah karena dia bisa menerapkan strategi baru. Strategi yang dimaksud adalah pola 3-5-2. Pada awal pemakaian pola ini oleh Prandelli adalah untuk meredam pola permainan dahsyat ala tiki-taka milik Spanyol pada pertandingan pertama grup C.
Penempatan lima gelandang dianggap bisa mengimbangi pola permainan spanyol. Pola ini sekilas dipandang wajar diterapkan untuk mengimbangi permainan spanyol. Namun makna pemilihan pola 3-5-2 ini oleh Prandelli justru menciptakan strategi dan pola permainan yang penuh misteri, menjebak dan rahasia dari timnas italia.
Dalam strategi bertahan, dengan memakai tiga center bek murni seolah-olah Tim ini telah meninggalkan tradisi strategi bertahan ala catenacio yang mendarah daging dalam culture sepakbola italia. Namum sebaliknya, disinilah jebakan pertama yang dibuat oleh Prandelli. Pada saat timnas italia ditekan untuk pertahan, strategi bertahan italia tidak hanya dengan 3 Center Bek, tetapi mereka malah menerapkan strategi "super catenacio". Pemain bertahan bukan hanya 3 tetapi dua gelandang bertahan juga turun membantu pemain betahan. Â Jumlah ini bisa bertambah jika tekanan serangan semakin kuat dan terus menerus.
Pola 3-5-2 yang digunakan ini secara umum dianggap memiliki keseimbangan dalam permaianan, baik bertahan, menguasai lini tengah dan menyerang. Penerapan strategi ini dengan menempatkan Derossi sebagai center bek (libero) merupakan jebakan pertama dari strategi Prandelli ketika serangan lawan patah. Kualitas Derossi sebagai gelandang bertahan dimanfaatkan langsung sebagai otak serangan dari garis pertahanan. Lihatlah proses lahirnya gol ke gawang spanyol. Berawal dari umpan Derossi yang diteruskan pirlo. Dengan sekali sentuhan pirlo langsung mengirim bola daerah yang dimanfaat dengan baik oleh Dinatale hingga menjadi gol.
Posisi  deepplaying midfield dalam pola ini diperankan oleh dua pemain yaitu Derossi dan masternya Andrea Pirlo.
Bertumpuknya pemain gelandang dan bervariasinya serangan yang dibangun baik dari tengah maupun dari sayap berjalan dengan dinamis. Hal ini dapat dilihat dengan banyak serangan yang dilancarkan italia yang berhasil masuk kotak pertahanan spanyol. Kita bisa lihat bagaimana tendangan Balotelli, casanno dan sundulan Motta harus susah payah ditepis oleh Ikker Casillas. Hal ini berbanding terbalik dengan tiki-taka spanyol yang banyak terbentur dan dipatahkan oleh pertahanan italia.
Kesempurnaan strategi dan pola ini dalam 2 pertandingan Italia di penyisihan Grup C menunjukkan kekuatan, dominasi dan berbahayanya permainan italia. Faktor ketidakberuntungan menjadi kendala bagi Italia dalam mendapatkan hasil dari kedua pertandingan tersebut. Secara umum strategi serlihat sederhana dan biasa saja. Dari dua pertandingan yang berlangsung, italia telah membuktikan bahwa tim mereka dapat memenangi turnamen ini dengan pola ini. Bagi timnas lain yang tidak bisa membaca rahasia dari pola ini, alamat akan menjadi korban italia. Satu faktor lagi  yang dibutuhkan italia dengan mengunakan pola ini adalah dewi fortuna. Kondisi timnas italia sekarang tidak jauh beda dengan Timnas Italia di piala dunia 2006. Dilanda kasus sebelum turnamen, mendapatkan hasil minimalis diawal penyisihan grup, materi pemain yang ada mendukung strategi yang dipakai pelatih. Butuh keberuntungan untuk bisa lolos dari penyisihan grup. Contoh beberapa kesamaan dari kedua timnas italia. Dalam perhelatan piala eropa 2012 yang hampir memasuki fase perdelapanfinal. Jika Timnas Italia bisa lolos dengan bantuan dewi fortuna. Keberuntungan akan selalu menaungi mereka hingga ke Final. Dengan modal strategi dan pola permainan 3-5-2 yang lebih banyak menyimpan "Teka-teki" untuk meredam dan menaklukkan lawan-lawan mereka. Konsistensi pada penerapan strategi dan inovasi serta perangkap yang dipasang pada pola ini. Akan memberikan keuntungan dan senjata rahasia dengan strategi yang masih rahasia "teka-teki" bagi lawan-lawan italia.