Menulis artikel ilmiah bagi sebagian orang mungkin terkesan ‘berat’ dan hanya layak ditulis dan dibaca oleh golongan yang ‘berat’ pula. Lantas, ‘berat’ macam apa dimaksud di sini? ‘berat’ yang saya maksud merujuk pada mereka yang terus berkutat dengan buku-buku tebal, laboratorium kimia yang penuh percikan bahan kimia, atau ‘laboratorium’ mereka. Ya, ‘berat’ karena mereka berbicara tentang bahasa-bahasa yang hanya dikenali oleh ‘golongan’-nya saja dan sulit untuk dipahami oleh mereka di luar ‘golongan’=nya atau orang pada umumnya. Itu tadi pandangan awal saya tentang artikel ilmiah.
Lalu, perspektif baru dan segar dibawakan oleh Bapak Sapto Waluyo, Sang Editor Majalah Tempo, yang menurut dosen kelas Internal Audit saya, yang juga memangku posisi Komisaris di salah satu BUMN Nasional, adalah santapan pagi yang singkat tetapi mengenyangkan. Perspektif baru ini mengubah 180 derajat pandangan saya tentang artikel ilmiah.
***
Artikel ilmiah adalah tulisan yang mengemukakan gagasan dan ide yang bertujuan memberikan pencerdasan kepada khalayak terkait fenomena yang ada. Kunci dalam artikel ilmiah adalah pencerdasan, tidak hanya kepada pembacanya, tetapi secara tidak langsung juga kepada penulisnya.
Artikel ilmiah memiliki banyak ragam, diantaranya 1) makalah pendek, berkisar 10-15 halaman, 2) laporan riset, berisi temuan atau jawaban dari riset yang dilakukan, 3) skripsi, tesis, atau desertasi, puncak dari segala artikel ilmiah bagi mahasiswa, dan 4) artikel ilmiah popular, yang diterbitkan di koran atau majalah.
Tujuan utama untuk apa artikel ilmiah ditulis, yakni 1) memperkaya perkembangan pengetahuan—artikel ilmiah menjawab beragam fenomena baru yang ada, 2) membantah/mengoreksi kesalahan logika suatu pandangan—artikel ilmiah sebagai media diskusi dalam bentuk tulisan, dan 3) menawarkan ide baru yang dapat dipertanggungjawabkan—artikel ilmiah sebagai media inovasi ide.
Untuk itu, dalam memberikan gagasan yang mencerdaskan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:
Pertama, menuliskan gagasan dalam bahasa yang lugas dan dapat dimengerti. Tidak dianjurkan untuk banyak memasukkan kalimat metafora dalam bentuk narasi.
Kedua, gagasan diperkuat dengan argumentasi yang terstruktur dengan dukungan referensi atau temuan riset sebelumnya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa tulisan bukan hanya sekedar opini yang melayang-layang, tetapi juga kuat dalam pijakan.
Ketiga, relevan dengan situasi dan kondisi terkini. Artikel ilmiah yang kita buat selayaknya dapat menjadi jawaban atas fenomena yang terjadi saat ini, tidak basi. Hal ini tentunya akan menjadi salah satu magnet untuk menarik banyak orang untuk membacanya karena adanya kebutuhan untuk membaca hal tersebut.
Keempat, sebutkan pendekatan yang digunakan. Pendekatan atau metode ini dapat melalui acuan teori yang telah ada sebelumnya, survey, benchmarking, atau lainnya. Hal ini untuk mengetahui bagaimana kesimpulan akan gagasan itu diambil.
Kelima, bersikap terbuka. Terbuka (open mind) ketika memulai hingga mengakhiri proses penulisan. Pada saat awalan, penulis harus membuka wawasan dengan banyak membaca sumber referensi untuk menguatkan gagasannya dan di akhir penulis harus terbuka dengan kritik dan saran dari para pembaca untuk meningkatkan kualitas artikel ilmiah tersebut. Sikap ini penting karena akan tereflekasikan dalam gaya bahasa yang digunakan. Tanpa adanya keterbukaan, tulisan akan cenderung memaksakan kehendak penulis yang akan menurunkan kualitas keilmiahannya.
Keenam, membuat judul yang menarik, dimana penting untuk membuat pembaca menaruh perhatian khusus. Kita dapat mengambil contoh dari ungkapan ‘Bapak Moh. Hatta, Wakil Presiden pertama RI, yang menyebut politik bebas-aktif dengan ‘Mendayung diantara Dua Karang’, yang pada saat itu posisi Indonesia harus dapat menyeimbangkan diri dianatara dua raksasa besar dunia, Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Ungkapan yang puitis dan sarat makna.
Enam hal ini adalah beberapa resep dalam menuliskan artikel ilmiah. Pada hakikatnya, resep dalam menulis adalah sama untuk setiap orang, yang membedakan adalah praktik, jam terbang penulisannya, dan pada akhirnya kita akan menemukan gaya penulisan kita seiring dengan banyaknya jam terbang yang kita lakukan.
Kembali ke pertanyaan awal, apakah menulis artikel ilmiah ‘berat’? Tentu jawabnya tidak. Mengapa? Karena..
“Tulisan ilmiah itu yang baik dan ‘berhasil’ adalah yang menginspirasi—membangkitkan kesadaran masyarakat awam untuk mengetahui lebih banyak.” – Sapto Waluyo, 2012
(Resume Training Jurnalistik PPSDMS NF bersama Bapak Spto Waluyo, Selasa 30 Oktober 2012)