Aku mengering terpapar oleh ketiadaan. Degupku yang paling gesah bukan makna puisi yang percuma. Diamku yang paling dalam bentuk kewarasan kepada sesuatu yang belum tentu ada. Dongeng tentang pengembaraan menjadi narasi pengantar lelap untuk melayangkan mimpi yang mungkin nyata.
Entah di waktu yang mana akan tiba benar rasa berpikir. Terus saja berjalan di sorai kesunyian, menyelusuri jalan dalam diam. Entah di kekekalan yang mana akan terucap kata berhati.
KEMBALI KE ARTIKEL