Hari ini, ia merasa riuh di kepala, di lubuk sukma, di atas kertas–bukan untuk menulis, toh ia di hiruk pikuknya merasa asing untuk aksaranya sendiri. Ia butuh kesunyian untuk mengenang kekosongan. Ia memutuskan membeli kesunyian di kedai kopi langganannya–di belantara desa pojok kota.
KEMBALI KE ARTIKEL