Saat di landasan pacu, lelaki pelantun doa ini makin menggebu, melafalkan ayat-ayat dengan hati penuh, keras, berseru-seru.
Lepas landas, suara dengkur menandakan lelaki itu kandas . Perjalanan kali ini nyaman, hampir tak ada goncangan. Hingga saat si cantik berseragam, membangunkan dia dengan suara lembut seolah bergumam.
Ia terjaga, memasang muka marah, keluar kata-kata murka: "jangan ganggu saya, dan saya sedang puasa".
Lelaki ini, betul-betul lelaki yang sama, yang menempatkan ayat dan ibadah, berbeda ruangan dengan akhlak dan tatakrama.
Ah... sudahlah, ini bukan urusan saya juga.
Jakarta, 20 Agustus 2018