otak dangkal ini berusaha menyangkal, tapi hati, mana mampu ia sembunyikan sesal.
di tengah kekusutan dan pertikaian ini, harapan hanya kepada nurani, sebagai satu-satunya yang mampu merekonsiliasi.
sebab nalar selalu mengaku benar, sedang hati banyak menakar, jujur berperasaan, tak jarang terjebak dalam kebimbangan. Namun, nurani penuh kesadaran, darinya ditemukan jalan-jalan kehidupan.
maka beruntunglah jiwa yang mengerti, jiwa-jiwa yang menghidupkan nurani. padanya ada ketenangan, padanya ada keselamatan.
Jakarta, 2 Februari 2019