Bingung mau menempatkan posting, di [SosBud] atau di [Filsafat]. Akhirnya diputuskan di sini sajalah. Awalnya penasaran, mencari jawaban pengamatan atas begitu banyak kampung atau desa di Jawa Barat, yang diberi bernama sama menurut warna yang itu-itu juga. Pernah dengar
Cibeureum (air merah),
Cibodas (air putih),
Cikoneng (air kuning),
Cihideung (air hitam)? Ada banyak nama desa seperti ini, kok bisa? 'Kan warna itu pelangi dan mengapa juga warna, masih banyak nama lain yang bagus-bagus,
Kahuripan, contohnya. Oh, mungkin karena warna itu universal ya, semua orang faham.
Merah berarti berani, ambisi, semangat, atau kalau disederhanakan keinginan atau nafsu dalam diri manusia untuk memperoleh kedudukan, jabatan, atau kekuasaan. Maksudnya
tahta, ya. Kalau
putih? Suci, bersih, tulus, ihlas, kasih sayang, keinginan atau nafsu dalam diri manusia untuk saling mengasihi terhadap sesama (termasuk mencintai lawan jenis, pasti). Oh jadi itu, urusan
cinta. Kalau
kuning? Ah ini dia, yang banyak menggoda dan sering mencelakakan kita; warna kuning atau warna emas itu 'kan berkaitan dengan materi atau kekayaan? Iya, benar,
harta. Pantas ada pepatah
harta, tahta, wanita (
cinta), dalam warna,
kuning, merah, putih. Pantaslah warna dipakai warga desa sebagai simbol tujuan mengangkat diri untuk berhasil menjadi manusia mulia, entah melalui kemakmuran ekonomi, melalui kekuatan/keunggulan desa (teknologi?), atau melalui kerukunan warga, saling tolong dan saling bantu. Hebat sekali, tak salah warna dipilih sebagai nama. (Perlu dibuktikan kebenarannya melalui riset, ada?) Nah, kalau
hitam? Banyak versi, ada yang menggunakan sebagai tanda berkabung, "gosong" (matang) tanda pandai dan bijak (oh, warna pakaian kebesaran semacam
toga yang suka dikenakan
profesor, hakim, dan
pendeta itu, ya), dan simbol spiritual. Berpikir positif kita pilih yang terakhir. Kalau ketiga warna sebelumnya berurusan dengan
kerja, maka yang satu ini urusannya
doa. Persoalan menjadi menarik. Berpikir
holistik gabungan semua nama desa itu bukankah juga simbol, cermin bagi diri kita sendiri, bagaimana sebaiknya harus bersikap dan bertindak dalam menjalani kehidupan ini? Bekerja dengan sungguh-sungguh, mengejar dan mewujudkan impian (
harta, tahta, cinta) tak boleh lelah, dengan tetap mengikuti dan menapaki jalan lurus yang diberkati YMK melalui kekuatan doa.
Ora et labora, doa di depan tindakan di belakang. Wow, semua nafsu yang membekali diri kita menuju manusia
paripurna, lengkap sudah.
Action! Benarkah?
KEMBALI KE ARTIKEL