Di tengah rimbunnya pepohonan dalam sebuah desa di pinggiran Danau Toba, seorang wanita berdiri tegap mengawasi sekelilingnya. Saat itu matahari bersinar dengan garangnya, dan ia tampak seolah sedang menunggu pintu rumah yang diawasinya terbuka, dalam jangkauan pandangannya, agar kemudian didapatinya pintu itu terbuka sedikit saja, ia bisa segera mendorong pintu itu dan masuk walau harus dengan cara tidak sopan. Akhirnya Abigail duduk di tangga rumah. Ia kesal, sudah tak terhitung ia menyerukan nama Burju dan mengetuk pintu rumahnya namun tak ada jawaban. Akhirnya ia membaca buku diary Noerima.