Konsep Robert Dahl yang menyebutkan bahwa pemilihan umum merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi suatu pemerintahan demokrasi di zaman modern dapat dipresentasikan sebagai suatu parameter dalam mengukur demokratis tidaknya suatu daerah.
Pemilihan umum sebagai agenda demokrasi dan hari penentu masa depan daerah ini sebaiknya tidak sekedar dilihat dan dimaknai lewat satu sisi pandang. Bagaimana seorang yang secara kapabilitas dapat dinilai layak menjadi seorang pemangku amanah bukanlah satu satunya sudut pandang elektabilitas. Namun, sisi kepribadian untuk layak dipilih seharusnya menjadi sebuah poin penting untuk dimiliki setiap figur.
Penjatuhan pilihan konstituen Pemilu untuk seseorang adalah sebuah proses serta nilai plus yang tidak gampang untuk diimplementasikan. Sebab hasrat, keinginan, dan harapan masyarakat yang memposisikan seorang pemegang amanah rakyat sebagai idaman, pasti telah dibentuk sedemikian rupa menjadi manifesto solusi dan amanah nilai demokrasi itu sendiri.
Melihat dan mengamati karakteristik masyarakat Taput yang cenderung memberikan penghargaan tinggi terhadap seorang pemimpin yang dianggap amanah. Dapat disimpulkan bahwa menjadi sosok pemimpin idaman bagi masyarakat Tapanuli Utara sepertinya tidaklah susah susah amat. Seorang pemimpin yang berani untuk bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat, bergaya blusukan ala mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, yang saat ini telah menjadi Presiden RI ke-7 adalah merupakan sosok pemimpin yang diinginkan yang menggenapi pemenuhan kriteria keterpilihan dimaksud.
Namun, apa lacur, seorang anggota parlemen lokal, sebut saja Ucok terpilih sebagai wakil rakyat di daerah ini. Dirinya yang notabene merupakan anak mantan Pejabat Pemerintah Kabupaten Taput yang kini berkiprah dalam lingkup struktural pengabdian serupa di daerah Kabupaten tetangga, Kabupaten Toba Samosir, jebol sebagai pemegang mandat amanah aspirasi rakyat lewat perhelatan pesta demokrasi Pemilihan Umum Anggota Legislatif tahun 2014 di wilayah ini.
Keterpilihannya merupakan salah satu kutub manifesto demokrasi di daerah ini. Mungkin saja sebuah bagian dari sistem demokrasi yang kebablasan, atau mungkin sebuah wujud sikap masyarakat yang sudah dalam tahapan disorientasi, atau apalah namanya. Yang jelas bukan merupakan hasil pencapaian murni atas langkah yang mengikuti metode blusukan sang pembuka jalan.
Sebab, keterpilihannya yang tentu saja dibarengi dengan dorongan materi menempatkan dirinya bersama segala keterbatasan kepribadiannya kerap menjadi bahan ocehan khalayak. Meski, setidaknya di awal jadwal pengejawantahan pengabdiannya, dia hadir sebagai pengisi daftar awal absensi di hari pertama kinerjanya. "Dia boleh juga, hadir mengisi awal absensi Dewan Terhormat di awal pengabdiannya," ketus teman yang sepertinya mengetahui obyek pantauanku.
Selain soal keterbatasan, sebagai insan ciptaan Tuhan, dirinya nampak berusaha sempurna, meski berselemak kekurangan pemenuhan kriteria politikus pemegang amanah rakyat yang seyogianya.
"Saya pernah didatanginya dengan lembaran uang perjalanan dinas ditangannya. Ceritanya, seorang kolega di DPRD menyarankan jika dia (Ucok) harus membagi dua uang tersebut dengan dewan lainnya. Lantas, menanggapi kebingungannya, saya menegaskan jika setidaknya, uang yang dipegangnya sudah merupakan hasil bagi dua yang diperuntukkan dan dipergunakan dalam tugas reses sebagai anggota dewan baginya. Karena memang uang itu secara bulat adalah haknya," ujar Ketua DPRD Taput, Ottoniyer Simanjuntak menyikapi kepribadian Ucok yang menjadi bahan olokan, dalam satu kesempatan khusus di hadapanku.
Dilanjutkan, menyoal teman kolega sesama Dewan, termasuk kepada dia yang memberikan saran usil tentang bagi dua uang Ucok yang disikapi sang Ketua. "Kepada mereka saya ingatkan bahwa dia merupakan poin kelemahan sekaligus sebuah kelebihan bagi lembaga legislasi ini," cerita Ottoniyer.
Seorang anggota dewan lainnya menimpali cerita Ottoniyer. Disebutkan, jika pada tahap proses pemilu legislatif lalu, dirinya juga mendengar sebuah kenyataan bahwa Ucok ternyata telah menebarkan sayap sosialisasinya hingga ke luar daerah pemilihan (dapil) yang ditentukan untuknya. Sebuah tindakan yang diluar kelajiman dan akal sehat.
"Saya dengar, jika diluar dapilnya saja, dia juga menebar baliho alat peraga bergambar miliknya. Itu terjadi hanya karena masukan oknum yang sengaja ingin mengerjainya. Dan itu ternyata dilakukannya, walau soal wilayah yang ditentukan sebagai dapilnya sudah dengan jelas dan tegas ditentukan penyelenggara Pemilu. Memang, sungguh aneh," ungkap si anggota dewan.
Kenyataan yang terungkap ini bukanlah untuk memicu sebuah pertentangan akan sudut pandang terhadap satu karakter kepribadian. Namun, sekedar menyampaikan bahwa sebuah kutub manifesto pemahaman arti demokrasi di daerah ini dengan mewujudkan keterpilihan Ucok menjadi seorang wakil rakyat adalah output legitimasi demokrasi, yakni keberhasilan pemilihan langsung dengan segala konsekuensinya.
Dan satu kutub lainnya, keterpilihan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, selaku pria yang paling dipercaya rakyat untuk menakhodai pemerintahan daerah ini selama lima tahun ke depan merupakan sosok multi talenta. Selain energik, jiwa mudanya yang mengedepankan kebersamaan untuk keseriusan membangun daerah ini sebagai Kabupaten yang mandiri dengan masyarakatnya yang sejahtera, terpilih melalui agenda Pemilihan Umum Kepala Daerah yang berlangsung di tahun ini.
Meski terpaan isu negatif tentang dirinya sebagai riwayat masa silam tanpa kebenaran pembuktian hukum, menjadi senjata sebahagian pihak untuk mendiskreditkannya. Tetapi saya yang pasti seturut keyakinan ratusan ribu masyarakat daerah ini mengamini, bahwa proses keterpilihannya yang demokratis menjadi kutub manifesto demokrasi yang layak menjadi panutan.
Sebab, walau di masa sulit, ketika keberagaman nada, cengkok, dan aksen ekspektasi masyarakat luas yang rindu perubahan daerah ini begitu derasnya menggedor kalbu terdalam. Dirinya dengan kesempurnaan kepribadian yang dimiliki, mampu merealisasikan sebagian besar visi misi pemerintahannya hanya dalam kurun waktu delapan bulan pertama kepemimpinannya di tahun 2014.
"Dia (Nikson) telah menjadi salah satu kutub manifesto demokrasi yang dapat menjadi harapan besar mayarakat Taput. Perubahan daerah ini menuju sebuah Kabupaten yang berdikari dengan masyarakatnya yang hidup sejahtera telah dirintis dan berusaha diwujudkan melalui penerapan berbagai program yang menunjang untuk tujuan tersebut. Masyarakat kita pantas berbangga hati," tegas Superior K, pengamat politik dan pembangunan Taput sebagai kesimpulan amatannya.