Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Rumah Bersalin Satu Ini

12 Oktober 2013   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:37 563 0

Klinik rumah bersalin ini di isukan tempat paling tak nyaman saat dinas. Selain sering membuat tak sadar berkata hal yang tidak-tidak dikarenakan jengkel. Jengkel yang tak seharusnya ada di hati dan fikiran, toh tujuan dinas adalah untuk mendapatkan ilmu yang sebanyak banyaknya tanpa merasa terkekang apalagi terbebani.

Hari itu kami kesana, dinas  hari pertama. Langsung dinas sore pulang jam 7 pagi, saat itu jam 5 klinik KIA masih buka. Aku melewati pintu belakang diarahkan oleh tesi teman seperjuangan. Kemudian aku memasuki ruangan, terdapat baju putih-putih disana, sedang makan sepertinya. Itu pasti kakaknya, kakak asisten bidan di rumah itu. pikirku. Mereka tersenyum tatkala melihatku melewati mereka, nah ini kakak-kakaknya pada ramah kok. Tak lama aku ke klinik KIA, kemudian di intruksi kan harus ada yang menjaga bayi dan pasien dibelakang, jadilah aku yang menunggui adik dikamar, saati itu ada satu bayi mungil berada di kamar.

Aku memantau adik itu terpaku. Karena benar-benar gak tau apa yang harus dilakukan. Tiba-tiba seorang baju putih-putih mendekati ku.. “Kak kedepan aja, sambil nonton tv..” tuturnya ramah padaku sambil terseyum.

“Kak?” ucapku dalam hati. Eh ternyata mereka adalah mahasiswa kenidanan Adila, mereka tingkat 2. Ternyata mereka juga mahasiswa, bahkan dibawahku usianya. Akhirnya disela-sela tugas bisa juga nyambi sambil nonton tv, disana ada 4 tempat tidur juga. Aku dan tana sempat nyasar di dalam rumah. Hebatkan. Karena rumah ini bak labirin, berpintu-pintu, agak ngebingungin. Setiap ruangan terhubung dengan ruangan lainnya.

Akhirnya dari pembicaraan ku dengan para mahasiswa Adila mereka menyatakan sudah sekitar 2 bulan di klinik bidan itu, menginap. Mencari ilmu disana, makan disana, tidur disana, mereka berenam. Mereka mengatur sendiri jadwal shiftnya, dan jika ada pasien yang hendak melahirkan, mereka beraksi turun tangan dalam membantu mengeluarkan pasien, maupun menjadi asisten bidannya. Karena mereka memang memiliki target untuk itu, semakin banyak pasien yang dibantu, semakin baik pula nilai mereka.

Klinik KIA, buka dari jam 7 sampai jam setengah 10 pagi, sedangkan sore, dari jam 4 sampai jam setengah 9 malam. Disana ada asisten bidan juga, mereka adalah pegawai di klinik itu. masih pada muda, wanita, karena mereka bidan. Di klinik lumayan banyak tindakan walau hanya sekedarnya, walaupun juga sebagai mahasiswa perawat kami hanya observasi, karena ya mahasiswa akbid lah yang didahulukan, itu bidang mereka. kami menimbang atau mengukur tekanan darah, observasi pemeriksaan leopold, pemberian vaksin, suntik Kb dan lain-lain.

Tentang kelakuan disana, kesampingkan deh, para asisten bidan disana baik kok. Tidak pernah menyuruh para mahasiswa. Tidak pernah, mereka hanya berkata.. yang sedikit menohok, supaya sadar. Kita sering menyebutnya ‘sindiran’ tapi kalo aku, jujur lebih baik langsung saja memberikan perintah atau intruksi daripada harus menyindir. Ku pikir, sindiran itu lebih menohok dan menyakitkan, daripada menyuruh meskipun dengan nada kasar, itu lebih baik.

Aku tidak pernah mengeluh tentang dinas, bagiku dinas adalah proses praktik pembelajaran dalam menelusuri jalur ini, jalur kesehatan. Yang pada awal mulanya aku kecebur dibidang ini, namun selanjutnya aku harus berjuang, karena tubuh sudah telanjur basah oleh dunia kesehatan. Kenapa tidak ku teruskan? Tapi alhamdulillah semenjak dinas di klinik ini, akhirnya aku sedikit mengeluarkan keluh kesah. Bercerita pada orang-orang yang kupikir lebih dewasa, yang ku harap nasihatnya bisa lebih mengokohkan niatku dan menguatkan. Ku terangkan lagi, sindiran itu lebih menyakitkan daripada dimarahin secara terang.

Bahkan para kakak yang ku jadikan tempat cerita, tau tandanya. Bahwa aku, psikis, sedang drop, sedang sedih dan lelah.

Akhirnya pernyataan mereka mengokohkan ku. Hanya dua orang. Yang satu memang kakak tingkat, sudah wisuda di dunia keperawatan, yang satu sudah sarjana kedokteran dan sedang melanjutkan sebagai dokter muda. Bidang mereka sama. Kesehatan. Oleh karena nya mereka lebih mengerti jalan ini, jalan di dunia kesehatan. Usia mereka lebih tua dariku, oleh karenanya mereka bisa memberikan petuah dan nasihat ampuh mengusir lelah.

Sampai akhirnya aku bersyukur, bahwa sikap sabar itu ciptaan Allah, sehingga sabar tidak akan ada batasnya. Ah drama banget kalo di sinetron sering di dengungkan.. “kesabaran itu ada batasnya!!”

Iya, keluh kesah yang tercetus karena dinas 24 jam, bersama mereka para asisten bidan itu. bersyukur ada adik dari akbid Adilla yang baik menjadi teman cerita aku, tesi dan Tana. Mereka lebih dahulu tinggal disana, mereka lebih tau situasi disana dan akhirnya kami saling berbagi pengalaman. Mengepel, menyapu beres-beres adalah hal rutin dipagi hari, membuang sampah juga, jelang klinik KIA dibuka. Jalani dengan ikhlas, itu upaya kami. dalam hati kami berbisik, “untung hanya 4 hari disini”

Kami sering bercanda tentang berbagai hal, tentu saat kami sedang istitahat. Apalgi dengan anak satu ini, devi namanya. Eh, ternyata dia punya pacar yang wajahnya mirip dengan wajahku.

“Ih muka kakak ini, bikin aku inget pacar loh, mukanya mirip banget”. Astagaa, gak ada kepikiran sama sekali kalo memang ada wajah yang mirip tapi dengan lelaki. Akhirnya dia menunjukan fotonya, tercengang.

“ha?i..iya ini mirip..”

“tuh kaaaaan!” kata devi cengengesan.

FYI, wajah ku mungkin salah satu wajah ter-pasaran di dunia yak, setelah dihitung hitung sudah ada 4 orang yang bilang bahwa wajahku mirip dengan keluarganya, kerabat, tetangga, pacar mereka. dan inilah fakta, bahwa 7 orang yang memiliki ke miripan dengan manusia satu dengan yang lainnya sudah ditemukan di sekitarku. Walau baru kali ini aku benar-benar melihat wajah yang mirip kebangetan dengan wajahku -_-

Sampai akhirnya, hari ini tiba! Hari dimana ini hari terakhir kami diruangan ini. Ada rasa tak sabar menyelesaikan hari ini dan menjernihkan fikiran dan telinga dari berbagai perkataan menyakitkan, mencoba maklum dengan situasi. Tapi tenang, ditengah para asbid itu.. ada saja yang baik bak peri. Walau hanya satu orang. Dia peduli kepada para pembelajar, mahasiswa, dia memaklumi jika kami ada salah, dan tidak pernah menyindir, benar ya benar, salah ya salah. Itusaja cukup. Lebih baik.

Gak heran kalo para kakak tingkat bilang bahwa kurang feel dengan tempat dinas yang satu ini, kurang nyaman. Kakak tingkat di akbid Adilla pun memiliki pendapat demikian. Bukan karena bidan senior apalagi keluarga bidannya, ini lebih ke para asistan bidannya. Yang masih muda dan kadang bicara ceplas-ceplos tanpa filter. Saya pesankan bersabar. Saat hari-hari pertama kadang sudah mendengar nada yang menghentak, bukan karena salah, tapi karena belum tau, sedang masa pengenalan tempat. Sampai akhirnya kata maklum, menjadi kata yang masih tersimpan di dada.

Sampai akhirnya hari ini terselesaikan. Hari terakhir dinas disana. Alhamdulillah wasyukurillah, akhirnya hari ini selesai juga. Dan kami siap untuk dinas kembali di Rumah Sakit umum, ruang Perinatologi, ruang neonatus di RS swasta dan di puskesmas panjang. Inilah tempat kami, tempat belajar,kami untuk menjadi perawat yang sesungguhnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun