Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Temu Penulis Antar Negara di Lampung Post

29 Juli 2013   09:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:53 284 1

Kok judulnya serius amat?iyadong, memang kemarin itu ada temu penulis antar negara... ada yang dari Prancis, Australia, dan Indonesia, tentunya sasaran ilmu disini adalah kader penulis muda handal (Aamin), anak Indonesia dan masyarakat Indonesia dalam FORUM LINGKAR PENA WILAYAH LAMPUNG. Ini dia reportasenyaaa...

Kemarin pagi(28/07/2013) katanya sih hujan dari sahur, dan hujan berhenti sekitar jam 8-an pagi. Kok “katanya”?iya kemarin sekeluarga tidur kebablasan, sampai tidak saur. Belaian hujan ini memang luar biasa. Sampai melewatkan Sunnah Rosulullah untuk Sahur. Ckck.

Rencana kemarin pagi adalah rencana yang memang sudah digembar-gembor kan di grup facebook penulisan Forum Lingkar Pena cabang BandarLampung, maupun FLP wilayah Lampung. Karena narasumber yang akan dihadirkan untuk kelas menulis yang kedua ini cukup spesial. Karena ada penulis dari Prancis yang mau mengisi materi. Waah penasaran doong. Jadilah aku datang, walaupun hujan di pagi hari cukup deras. Untuk memastikan, bertanya dulu pada si Empunya lokasi.

“Kak hari ini jadi di Lampost jam 9 kan?” sms ku pada kak Adian.

“Iya jam 9.”

Oke, segera bergegass mandiii, walaupun cuaca sangaaatt dingin. Sampai gedung Lampost, di jalan Soekarno Hatta itu pukul 9 lewat 10. Dari lokasi gedung yang menanjak itu berfikir..

“Kok sepi?”

Jalan lagi menuju pintu masuk Lampost, sudah ada si Adit. Sepertinya dia sudah datang daritadi, atau mungkin setelah subuh dia sudah stay di gedung Lampung Post? Gak lama swing.. sosok tak menapak itu lewat. Eh itu kak Adian, bukan kunti.

“Kak?udah lama kak?” basa-basi hehe.

“Rin! Iya, dari jam setengah 9 saya.. mana si Jarwo ini..” sambil sibuk mengotak ati ponsel, bolak balik pintu depan kebelakang lagi.

Gak lama, datang si Irawan dan temannya. Semenit kemudian.. Kak Adian menuju gerbang, dan.. mereka seperti sedang mengobrol. Aku menengok dari kursi tamu Lobi Lampost...

Kak Adian langsung bilang.. “Ininih narasumbernya, mbak Rosita Sihombing dari Prancis.”

“Oo.. iya iya kak..” jawabku senyum. Padahal dalam hati girang, karena dapat kesempatan ketemu langsung pertama kali dengan narasumbernya di pagi ini. Kakak-kakak FLP belum pada dateng, pasti narasumbernya duduk disini dulu nih.. melihat nanar kursi di sebelahku. Narasumber masuk, yak pas!beliau duduk disebelahku, diseberang tapi berdekatan. Beliau menyapa, bersalaman pada kami, lalu duduk dan membuka tabletnya. Ini mau nanya-nanya binguung mulainya seperti apa... fikirku, buka hape dulu ajadeh. Gak lama, si Irawan buka pembicaraan.. yaak, langsung deh aku samber-samber, ikutan nimbrung, soalnya memang ingin tahu. Yak untunglah mahasiswa Undip ini, alias UNiversitas DIPramuka(katanya sendiri) jago untuk memulai obrolan.

Jadi dari interogasi sesaat dengan ibu Rosita Sihombing.. beliau mengatakan memulai karir sebagai bloger. Dia senang sekali menulis, apapun itu, yang difikirannya semua dituliskan. Beliau bisa menetap di Prancis karena suaminya yang memang orang Prancis. Iseng, si Irawan bertanya kenapa bisa dapet suami orang Prancis? Beliau menjawab, dulu saat di Unila calon suaminya pernah menjadi dosen bahasa Prancisnya, lebih tepatnya jodoh antara murid dan guru. (semoga ga salah ya tulis mbak Sikrit.hehe).

“Kemudian calon suami masuk Islam, menikah, dan tinggal disana.. ikut suami,”tutur mbak Sikrit, panggilan akrabnya.

Mbak Rosita Sihombing ini mulai menulis mengenai cerita sehari-hari, tentang kehidupan TKI disana, cara berjilbab, berprilaku disana, ya semacam itu kisah-kisah yang ada disekitar, kemudian menerbitkan buku pertama kali juga di Prancis.

Senior Lampost juga sudah datang, nama penanya Udo Z Karji (maaf kalau salah penulisan)

“Yuk kita langsung masuk keruangan..” tutur kak Adian tiba-tiba, memecah konsentrasi aku, adit, Irawan, dan temannya yang sedang mendengarkan kisah mbak Sikrit ini.

Kami masuk ruangan pukul 09.45.. menunggu sebentar.. barulah datang para punggawa FLP, kak Tri Sujarwo yang telat karena ke Metro dulu, dan tentunya hadir ketua FLP Lampung, ibu Naqiyah Syam.

Ibu Rosita yang biasa dipanggil Ita atau Sikrit ini, bercerita tentang pengalaman dirinya dalam menulis dalam menulis. Berawal dari blog. Karena dulu merasa sering di bully, maka dirinya mengungkapkan segala yang ada difikirannya melalui blog.Harus banyak membaca, jangan berfikir susah, yang penting ada tekad nya untuk usaha, banyak bergaul dengan komunitas menulis, insyaAllah akan tertular seringnya menulis, kalau ada kawan yang sudah menerbitkan buku, jadi merasa dendam yang positif, menantang diri sendiri, kapan saya menerbitkan buku?nah itu dia, menjadi penyemangat diri sendiri.

Sedangkan narasumber selanjutnya, yaitu Udo Z Karji menjelaskan berbagai istilah penghargaan yang menjadi reward bagi para jurnalistik yang berani. Menjelaskan, bahwa cara belajar yang paling gampang adalah membaca. Bila ingin menulis kritik, dibutuhkan nalar dan kepekaan sukma. Sehingga membuat tulisan menjadi logis dan enak dibaca, indah.

Selanjutnya mbak Sikrit kembali menjelaskan bagaimana cara menulis yang baik, sesuai pengalaman dirinya, jangan terpaku dengan satu bab saja, tapi tulislah apa yang ada difikiran kita saat itu juga, tidak harus runut. Anggap saja puzzle, yang nanti ketika semua puzzle telah terkumpul, kita akan menyatukannya dan menjadi sesuatu yang baik, yang kita inginkan.

Sedangkan bu Naqiyah Syam selaku ketua FLP Lampung pun mengingatkan kepada kami, jangan sekali-kali melakukan plagiatisme, mencatut sedikit demi sedikit paragraf dari blog orang lain, kemudian menjadikan buku, karena kelak semua akan ketahuan,penerbit akan menjudge bila ada penulis yang menerbitkan buku melalui hasil plagiat, dan bisa-bisa penulis tersebut akandi blacklist dari daftar penerbit.

FYI Plagiat itu mencatut jelas-jelas kalimat yang orang tulis, sedangkan bila mengikuti gaya bahasa, mengungkapkan kalimat dengan kata-kata kita sendiri, tapi gaya bahasa dan cara penulisan mengikuti para penulis yang terkenal, itu justru bagus, bukan plagiat.

Next, acara yang dinanti para peserta yaitu sesi tanya jawab, salah satusalah dua salah tiga dan peserta seterusnya bertanya..

-saya senang baca, tapi gak senang menulis, di kamar saya kebanyakan buku motivasi semua, malah buku kuliah gak ada, itu gimana solusinya?

Solusi yang pertama, datang dari Mbak Maya, yang juga baru pulang dari Australia karena mengikuti suaminya yang study di negeri Kangguru itu, solusi dari mbak Maya adalah.. Gunakanlah pensil atau pena, lalu tulislah dikertas apa yang kamu fikirkan.

Kalau solusi dari Udo Z Karji, bahwa butuh pengembangan harus ada kebebasan dalam berfikir, berkarya, kalau perlu mabuk buku, buku-buku motivasi itu juga bagus, tapi diri ini harus digerakkan untuk menulis. Jangan hanya membaca, bahkan mabuk baca tapi gak ada pengembangan.

-bagaimana cara menulis settingan tempat yang pas, sehingga feelnya dapet ke pembaca?sedangkan kalau menulis di negeri orang harus ada bahasanya, suasananya yang sebenarnya?

Mba Sikrit menjawab.. yah itu perlu untuk cari materi, bahkan kita tidak harus mendatangi negerinya, asal kita paham, kejadian yang ada disana, fokus cerita yang akan diangkat, bahkan ada penulis terkenal menerbitkan buku mengenai negeri orang tapi dia sendiri belum pernah kesana. Harus berani!penulis harus berani, ketika mau mengetahui suatu hal pada negeri tertentu, kita harus mewawancarai orang yang tinggal disana, orang yang sudah memahami seluk beluk daerah dan memang pas pada cerita yang kita angkat. Misalnya saya akan mengisahkan mengenai TKI yang bekerja di Prancis, jangan sungkan untuk bertanya ke TKI nya langsung. Toh sekarang zaman semakin canggih, kita bisa melalui chating, blog atau sebagainya.

-Gimana caranya mengikat ide agar bisa bermanfaat bagi pembaca?

Bu Naqiyah Syam menjawab menulis apa saja, mengenai pengalaman, kegiatan harian, asal tidak mengandung unsur sara, milikilah targetan, ikuti perlombaan, aktif di blog, tantang diri sendiri, dan buatlah tulisan yang bermanfaat bagi pembaca.

Mba Sikrit menjawab, jika kamu ada 100 ide, lalu hanya 10 yang disalurkan.. sebenarnya sayang sekali, seharusnya kamu bisa mengeluarkan segala ide yang ada di fikiran, kemudian setelah semua tercurahkan dalam bentuk tulisan, baca lah kembali kemudian gabungkan, tentu dengan menyambungkan kalimat agar kalimat menjadi jelas, dan itu akan menjadi cerita baru, bahkan jika dikumpulkan lagi, akan menjadi novel.

Udo Z Karji mengatakan bahwa, kita harus dulu apa kata hati?mau fiksi atau nonfiksi?mau menulis apa saja.. tergantung niatnya saja, mau melatih diri misalnya. Free Write, menulis seenaknya, baca lagi, lalu putuskan ini mau dijadikan apa, mau ke opini misalnya lihat harian kabar yang akan dikirimkan, dan ikuti aturan yang diinginkan koran harian itu.

-Bagaimana mengatasi Blocking saat menulis?

Udo Z Karji mengatakan, buatlah outline, kerangka tulisan, yang ada hingga akhir cerita, hal itu akan berguna sekali untuk mengingatkan kita hal apa saja yang akan kita tuliskan.

Mba Sikrit menjawab.. lakukan menulis secara sporadis. Jangan terlalu runut, ya seperti tadim anggap seperti puzzle, kemudian kamu akan menyatukan puzzle itu menjadi kisah yang menarik.

Kak Iyan dari Lampung Utara mengatakan, bila sedang blocking.. kita bisa refresh dahulu.. duduk sambil mendengarkan musik, atau sholat dahulu, membuka blog, jejaring sosial. Tapi hanya sebentar saja, jangan keterusan.. nanti malah gak jadi tulisannya.

-Gimana cara mempertahankan konsistensi kita dalam menulis?

Bu Naqiyah menjawab.. kita bisa meningglkan tulisan kita sesaat, bila masih stuck, kita bisa mengobrol, alihkan pada hal lain, siapa tau akan keluar ide-ide cemerlang. Cari materi sesuai buku yang kita buat, bila buku mengenai agama, mengobrol lah pada ustadzah untuk bercerita, masih stuck juga?tinggalkan tulisan, masukan kedalam folder, dan folder itu akan menjadi bank naskah yang di butuhkan suatu saat.

Kak Adian Saputra bilang bahwa untuk penulis awam duplikasikan diri kita ke diri penulis, ini bukan plagiat ya.. samakan gaya bahawa, cara menulisnya sebagai contoh. Kalau pun sudah ada materi fokus dalam menulis, jika masih ada keinginan untuk menuli hal lain, misalnya fiksi, cerita anak, dll, anggaplah itu sebuah wisata dalam menulis.

Pada GAMBAR DIBAWAH INI

Jadi cobalah untuk konsisten dalam membagi waktu, ambil jam-jam efektif menulis, misalnya kamu bisa menulis pada pukul 1 malam sampai pukul 2 malam, misalnya. Nah lakukan saja rutinitas itu, lakukan selama 25 hari saja, akan menghipnosis alam bawah sadar kamu. Jadi lakukan saja liat nanti hasilnya.

Oke setelah usai sesi tanya jawab.. ada pembagian hadiaaah! Hadiahnya buku-buku serta cokelat dari Prancis. Tadinya aku fikir gak ada kesempatan untuk dapet buku, eh malah berhasil menjawab kuis dari kak Jarwo, yaitu menanyakan tentang keluarga, anak, suami bu Rosita Sihombing, yang memang namanya jauh berbeda dengan nama orang Indonesia, nama orang-orang Prancis memang banyak, dan memiliki marga keluarga, dan hal itu menjadi tantangan bagi para audiens. Para audiens menjawab, tapi masih ada yang salah, tapi aku langsung menunjuk belakangan dan.... Akhirnyaaa, aku berhasil mendapatkan buku baguus, dari bu Rosita Sihombing yang judulnya Jilbab Traveler, buku ini kereeen. Yuk Ikatlah Ilmu Dengan Menulis(Imam Syafii)

Jelang azan dzuhur, acara selesai.. dan lanjut dengan foto bersama.. yaaa cheese!!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun