“Kegilaan macam apa ini?” itu yang terlintas ketika itu. Tetapi karena gurunya super galak, setidaknya pernah menampar pipi temanku yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah unik itu, seluruh kelas akhirnya selalu berhasil dengan baik menyelesaikannya. Juga karena pekerjaan rumah ‘menyebalkan’ ini diperiksa satu-satu dan ditanda-tangani sang guru. Pelajaran itu berlangsung 1 semester, tepatnya semester lima di tahun tiga. Kelegaaan mendera ketika akhirnya kata terakhir di buku itu berpindah ke buku tulis di akhir semester. Berakhir sudah penderitaan. Penderitaanku dan teman-temanku. Ejaan yang disempurnakan itu, dengan sempurna melekat di otak. Teringat hingga kini, walaupun sebagian sudah terkikis. Tentunya karena tidak pernah diperhatikan dan juga usia yang mulai mendewasa.
KEMBALI KE ARTIKEL