Oleh : Rini Lestari Rajagukguk
Naposo Bulung merupakan sebutan yang diberikan orang Batak kepada anak remaja - pemuda. Sebutan itu biasanya nampak di organisasi gereja dan di kehidupan desa suku Batak. Mereka adalah jantung kemajuan. Naposo bulung juga menjadi penentu masa depan gereja, bangsa dan bahkan dunia. Naposo bulung yang bijaksanalah yang dapat memajukannya. Semangat, tekad, untuk menata hidup di masa depan masih sangat tajam. Bukan hanya itu, naposo bulung juga masih memiliki kekuatan yang lebih dibanding anak-anak dan juga orangtua.
Namun, kenyataan yang banyak kita lihat di era sekarng ini, bahwa banyak remaja dan pemuda yang kurang menyadari keberadaan dan potensinya sebagai naposo bulung yang memiliki peran penting bagi masa depannya, bagi bangsa dan dunia. Banyak remaja-pemuda yang terjerat pada pergaulan bebas. Pergaulan bebas sendiri, dapat kita pahami artinya sebagai salah satu bentuk perilaku yang menyimpang yang melewati batas dari kewajiban, tuntutan, aturan, syarat dan perasaan malu (Kompas.com).
Pergaulan bebas berasal dari kata "pergaulan" dan "bebas". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pergaulan berarti menjalin pertemanan dalam kehidupan bermasyarakat sedangkan kata bebas berarti terlepas dari aturan, kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dan sebagainya. Ciri-ciri anak yang sudah hidup dalam pergaulan bebas seperti halnya meminum-minuman keras, mengunakan narkoba ataupun obat-obat terlarang, dan lain sebagainya.
Agar naposo bulung tidak terjerumus dalam pergaulan bebas, maka perlu diketahui faktor berikut untuk diperhatikan yakni harus mengenal individu lain. Mengenal individu lain berarti berusaha mengetahui sifat-sifat, sikap pandangan dan latar belakangnya yang telah membentuk individu lain dan mendasari kepribadiannya maupun tingkah lakunya. Kita dapat mengerti juga bahwa individu lain memiliki ciri khas, sifat khusus dan latar belakang masing-masing. Adanya perbedaan ini tidak berarti bahwa perbedaan tersebut perlu diubah dengan maksud agar orang lain dipaksa menyamakan dirinya dengan diri kita.
Dalam pergaulan, setiap individu perlu adanya keterbukaan diri : menerima, melalui pertimbangan, apa yang diberikan oleh orang lain dalam bentuk ilmu, pendapat dan pandangan; membuka jalan pikiran supaya dapat dimengerti oleh orang lain demi kelancaran komunikasi yang baik. Pergaulan naposo bulung tidaklah pergaulan yang bebas dari segala-galanya. Sebab, manusia memang bisa hidup bebas dari belenggu penindasan, bebas dari ketakutan, bebas dari pengejaran, bebas dari penderitaan fisik maupun psikis.
Akan tetapi, manusia tidak bisa hidup terlepas dari hubungannya, baik langsung maupun tidak langsung, dari individu-individu lainnya. Manusia tidak bisa hidup wajar tanpa tanggung jawab. (Gunarsa, 1984 :39, 40, 50). Maka dengan itulah, naposos bulung harus menjadi orang yang dapat diandalkan, berperilaku sopan, hormat dan pengayom seperti selogan orang batak mengatakan "somba marhulahula, elek hita marboru dan manat marddongan tubu". Di mana dalam semua aspek kehidupan Batak dibentuk oleh ketiga hal itu. Menjadi naposo bulung yang kelak dapat menjadi kebanggaan ialah dengan hidup menghargai diri sendiri dan orang lain serta bercita-cita untuk membangun masa depan yang indah. Bukan malah menjadi naposo bulung yang hidup tanpa batas, menggunakan narkoba dan obat-obatan terlarang, dan lain sebagainya.