Dia menatapku, dengan tatapannya yang bagai elang menemukan mangsanya. Tak berkedip, tajam, menusuk sampai hampir membunuh. Aku hampir berlari saat pertama kali mata itu menemukanku. Berharap kereta yang aku tumpangi lekas berhenti di stasiun terdekat dan menyelematkanku dari tatapan mengerikan itu. aku tak bisa menghindar. Keadaan gerbong yang penuh sesak tak mengizinkanku untuk bergerak sedikitpun. Dia berada tepat dua langkah di depanku. Mengawasi setiap detiknya. Ini mengerikan.
KEMBALI KE ARTIKEL