Arus deras politik kembali menambah citra -- buruk  politik di benak sebagian besar rakyat Indonesia. Dekadensi politik yang sudah -- sedang terjadi kembali membuat sebagian besar rakyat bertanya -- tanya, apakah memang seperti ini yang disebut dengan politik? Bertubi -- tubi rakyat Indonesia dipertontonkan pelbagai macam bentuk akrobat politik yang terkadang sampai membuat rakyat heran dan terperangah. Bahkan, secara vulgar bisa  dikatakan bahwa semakin rakyat memaknai politik maka semakin hilang pula harapannya terhadap politik. Secara filosofis politik memang memiliki wajah ganda. Paul Ricoeur (1965) menyebutkan bahwa "politics only exist in great moment in crisis, a specifically political rationality and a specifically political evil." Pandangan ini menyebutkan bahwa  politik memiliki wajah ganda  yaitu politik rasional dan politik durjana. Politik rasional adalah wahana dimana terjalin hubungan antara manusia yang tidak tereduksi oleh konflik kelas atau kepentingan. Sedangkan, politik durjana adalah politik yang dimaknai sebagai wahana yang penuh dengan kedurjanaan dan permainan kekuasaan. Politik rasional dan politik durjana merupakan dua hal berbeda, tetapi tetap memiliki hubungan dialektis antara satu dengan lainnya. Maksudnya, dua hal ini berada di dalam suatu pergulatan yang sama dan berelasi secara paradoks  antara satu dengan lainnya. Inilah yang disebut oleh Ricoeur sebagai political paradox yaitu adanya gerak pemisahan sekaligus penyatuan yang tidak habis -- habisnya antara politik rasional dan politik durjana.
KEMBALI KE ARTIKEL