Saya tercenung, bukan masalah tentang kebakarannya, tapi bagai mana teman-teman di tweeter dan para fesbuker memandang masalah ini, hampir 98 persen memandang dari sudut negatif, ada yg nulis ini permainan intelejen, ada yg menganekdotkan karena bawang merah mahal maka perlu lahan tanam bawang dan bekas kebakaran bisa jadi lahan baru tanam bawang, ada yg stats ini konspirasi politik, ada juga yang menjadi lelucon century dan hambalang
Saya jadi mikir, kok dari semua aspek kok pemerintah dianggap ndak benar ya? Ada Korupsi di pemerintah dicaci itu wajar, ketika harga naik pemerintah dimarahi, itu wajar, ada teroris pemerintah dihina itu wajar wajar, tapi ketika ada musibah mbok ya prihatinlah sikit.
Untuk kasus century dan Hambalang pemerintah dihujat saya maklum, ketika kebakaran istana juga dihujat saya kok ndak ngerti ya?
Ketika harga bawang naik pemerintah dicaci maki saya paham, tapi ketika istana terbakar dicaci juga saya heran,
Ketika ada korupsi pemerintah dikata-katain, ketika kebakaran istana masak dikatain juga Memangnya istana bebas dari musibah?
Emangnya istana lepas dari bencana, wong istana Zeus di olympus aja runtuh kok, padahal itu kabarnya istana yang dijaga Dewa-Dewi Abadi Jadi kenapa kok pada sibuk beri statement sendiri, ini begini, ini begitu yang semuanya ke arah menyalahkan
Memang sih... ada yang kurang tepat dipemerintah,ada yg salah dipejabat-pejabat, ada yg tak beres dipolitikus, tapi pasti tak seorangpun yang mau bencana ini terjadi, termasuk SBY, Sudi Silalahi atau anda
Sepertinya negara ini diiputi udara kecurigaan, atmosfir suka mengkritik dalam suasana apapun, negara dengan aura negatif, negara tanpa empati Bukankah lebih kita memandang musibah ini dgn lebih bijak? Jangan berfikir negatif dulu, toh kebakaran itu juga dariNya?
Munkin benar ini suatu peringatan, tapi peringatan mestinya dicermati bukan malah cari kambing hitam? Apatahpula menyalahkan?
Munkin ini suatu teguran, bukankah teguraan harus ditanggapi dengan perbaikan? Bukannya meledek dan menghujat Munkin ini suatu kutukan, bukankah kutukan harus dicari penangkalnya bukan malah mencaci suatu pihak
Munkin ini suatu konspirasi, bukankah harus dipecahkan solusinya, ditemukan uek sial pangke cilako?
Bayangkan, rumah anda terbakar lalu ada yg menghujat, seandainyaa ada perampok terjahatpun anda akan sedih karenanya
Dulu guru saya di SD mengajarkan, Indonesia dikenal bangsa yangwelas asih, sayangnya sudah hilang,berganti bangsa caci maki
Istana negara bukan rumah SBY, bukan juga rumah sesneg, tapi rumah kita semua, kita semua rakyat Indonesia, siapapun kita.
Kalau ini teguran, teguran untuk kita semua, harusnya kita intropeksi diri sendiri dulu. Kalau ini kemarahan, yang dimarahi adalah kita semua, harusnya semua kita menundukkan kepala dan merasa berdosa
Kalau ini kutukan, kita semua harus menangkalnya, bukan hanya sby, sesneg, pejabat, politkus namun kita semua Kalau ini konspirasi, kitalah pelaku konspirasi, kita yang (mem) bakar daan kita yang (ter) bakar, jadi hanyaa kita yang bisa hentikan.
Jadi mengambil moment kebakaranistana istana ini untuk menghujat, mencaci, menghina artinya mencaci, menghujat dan menghina diri sendiri"
Kata almarhum ayah saya (Nurhasan) kalau menunjuk orang lain dengan satu jari, maka empat jari menunjuk diri sendiri.
Jadi ....kenapa tidak berikan rasa prihatin, rasa welas asih Indonesia, mari rubah dari diri, dari yg terkecil dan dari saat ini
Entah musibah,kutukan,bencana atau apapunlah namanya saya yakin bangsa Indonesia bisa menghadapinya, wong tsunami besar aja dulu bisa Semoga ini bisa menjadi renungan, bahwa kita dan bangsa ini perlu berbenah, hilangkah semua yg negatif dan Semoga bangsa ini tetap bisa melangkah. Amin