Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Bunuh Diri di Korea Selatan

5 Januari 2024   12:47 Diperbarui: 5 Januari 2024   13:09 154 0
Negara Korea Selatan (Korsel) ternyata tak seindah seperti apa yang ditampilkan di drama- drama mereka. Hal tersebut, karena tingkat bunuh diri di negara ginseng sangatlah tinggi. Perekonomian diperburuk dengan pandemi yang melanda. Masyarakat Korsel usia 20 hingga 30- an merasa dibatasi oleh jurang kesenjangan, dimana gap antara si kaya dan si miskin sangat lebar. Bahkan mereka menyebut negaranya dengan istilah "Neraka Joseon' yang hanya bisa lari dengan kematian atau emigrasi. Hal ini ditambah mahalnya biaya kehidupan di wilayah ibu kota Seoul. Dan juga Harga apartemen di sana meningkat berkali-kali lipat selama lima tahun terakhir, Masyarakat selalu dibuat berkompetisi secara brutal dalam bidang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak. Menurut National Youth Policy Institute, satu dari tiga anak SMP dan SMA di Seoul pernah berpikir melakukan bunuh diri karena tekanan akademik. Selain itu, mereka juga mengkhawatirkan masa depan dan karir mereka kedepannya.

Masyarakat setempat menganggap bunuh diri sebagai bentuk permintaan maaf, protes, hingga pemecahan masalah. Mereka menganggap kematian mereka derita sendiri, sehingga tidak merugikan orang lain. Selain itu, banyak penderita penyakit mental yang tidak mendapatkan perawatan medis. Tindakan bunuh diri tidak mengenal usia, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, orientasi seksual. Baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, orang kaya dan terkenal maupun orang biasa yang tidak terkenal di media sosial, homoseksual maupun heteroseksual, semuanya punya kerentanan terhadap pemikiran untuk mengakhiri hidupnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun