Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

(Parenting) Inspirasi Good Parenting Dua Novel Iwan Setyawan

11 Agustus 2013   08:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:26 148 0

Surat ini saya kirimkan melalui surat elektronik kepada Iwan Setyawan, Pengarang dua Novel Best Seller 9 Summers 10 Autumns (2011) dan Ibuk (2012)

Dear Mas Iwan Setyawan.

Membaca dua novelmu 9 Summers 10 Autumns dan Ibuk, saya termenung dan terpekur. Sebuah penggambaran perjuangan yang berdarah darah yang berbuah manis dalam mewujudkan pelangi kehidupan yang lebih baik.

Garis garis warna yang kau torehkan bukanlah ambisi pribadi untuk mencapai keunggulan pribadi. Juga bukan untuk sebuah glorifikasi personal. Namun sebagai sebuah niat untuk mengangkat kehidupan keluarga besar, bapak Abdul Hasyim (seorang sopir angkot), ,ibu Ngatinah, Mbak Isa, Mbak Nani, Dik Rini, dan Dik Mira.

Dua novelmu yang sangat menyentuh ini merupakan sebuah bukti nyata bahwa fondasi dari sebuah keberhasilan tidak akan pernah terlepas dari gaung keharmonisan rumah tangga. Air mata kasih sayang yang terpancar dari sebuah keluarga sederhana Abdul Hasyim dibalut oleh sebuah keinginan yang kuat membekali lima anak dengan manisnya kue pendidikan.

Keinginan sederhana dari seorang ibu Ngatinah bukanlah sebuah hasrat yang muluk muluk pada awalnya. Ketika melihat kakak sulungmu Mbak Isa mengenakan baju seragam SMP, Ibukmu seperti melihat sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Pendidikan SMP tak mampu Ibuk raih pada masa lalunya. Sebuah mimpi besar merupakan kepingan dari mimpi mimpi kecil yang terjalin rapi. Pada awalnya mendambakan anak anak lulus SD,lulus SMP, lulus SMA, dan pada akhirnya Ibuk membulatkan diri “ Anak Anak Harus melanjutkan pendidikan ke universitas agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik “

Perjalanan menuju sebuah keberhasilan bukanlah sebuah proses yang bertaburan bunga. Setiap hari keluargamu hanya makan tempe dengan berbagai variasi rasa. Tempe goreng, pecel tempe, oseng oseng tempe, dan kripik tempe. Daging empal goreng makanan termewahmu. Itu pun hanya tersedia tujuh potong, pas sesuai dengan jumlah penghuni rumah keluarga Abdul Hasyim. Kau hanya menikmati daging empal itu pada saat makan siang. Kalau kau ingin menikmatinya lagi, kau harus menyisakan separuh daging empal jatah makan siang, untuk kau nikmati pada saat makan malam.

Namun akhirnya tempe ibumu mampu menghantarkan kelima anaknya sukses lulus universitas. Sedangkan Mas Iwan sendiri seolah seperti telah menggenggam separuh dunia dengan berkarir selama sepuluh tahun di New York. Kau sanggup bertahan selama sepuluh tahun demi teraihnya sebuah kepingan mimpi terakhir untuk membangun rumah orang tuamu,membelikan rumah bagi keempat saudaramu serta uang pensiun bagi kedua orang tuamu.

Keputusanmu untuk mengundurkan diri dari pekerjaan di puncak karir di New York, kembali ke negerimu, merupakan sebuah keluhuran budi. Terlebih dengan langkah menuliskan pengalaman hidup keluargamu untuk khalayak. Sebaik baiknya orang adalah orang yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain, demikian sebuah hadist mengajarkan. Kalau kau teruskan hidup di New York, mungkin kau akan miampu menggenggam tiga perempat dunia. Kehidupan keluargamu akan semakin terangkat naik. Namun denganinspirasimu,kau tidak menyumbangkan apa pun untuk mengangkat harkat anak anak sopir angkot atau pun anak anak lain yang hidup dalam keluarga dengan keterdesakan ekonomi.

Jalan kehidupan yang kau ambil untuk menuliskan,menularkan, dan menggemakan insipirasi perjuanganmu kepada khalayak, saya yakin akan membawa keberkahan tersendiri untuk diri pribadimu pada masa yang akan datang. Your books are great. Maybe they are greater than life itself.

Kedua novelmu merupakan sebuah acuan penting sebuah model good parenting. Ibu Ngatinah yang tak sempat mengecap bangku SMP adalah sosok organisator sejati, pengatur manajemen keuangan keluarga handal, serta stabilisator ritme emosi yang ulung.

Dipadu dengan seorang penyayang keluarga, Bapak Abdul Hasyim. pekerja keras yang empat puluh tahun hidup di jalan sebagai sopir untuk memastikan bahwa di meja makan selalu tersedia tempe dan terbayarnya es pe pe anak anak. Pasangan Bapak Abdul Hasyim dan Ibu Ngatinah hidup dalam keterbatasan ekonomi selama puluhan tahun, hanya untuk mereguk manisnya kue pendidikan yang akan membebaskan diri dari perangkap setan kemiskinan.

Seperti yang kau tulis dalam novelmu Kemiskinan bukanlah penderitaan, namun awal dari sebuah perjuangan. Sebuah adagium yang semoga saja tertancap dalam benak pikir keluarga keluarga yang ingin maju di tengah keterbatasan keuangan yang mendera.

Terciptanya karya film 9 Summers 10 Autumns suatu hal yang besar dalam usaha menularkan virus virus inspirasi. Namun untuk jangkauan yang lebih luas, saya berharap ada seorang produser sinetron membaca tulisan ini. Dengan tulisan ini semoga para produser itu membaca novelmu. Pada akhirnya terciptalah sebuah karya sinetron yang.diilhami kisah perjuangan keluargamu. Ajaran kebijakan tentang keluhuran budi, kerja keras, menyanyangi, hemat, rajin belajar, menghormati orang tua dan saudara kandung, dan hidup sederhana , akan menelusup ke layar kaca dan menginspirasi jutaan anak Indonesia.

Saya yakin banyak orang dengan kapabilitas sepertimu. Mungkin dengan kehebatan dan kisah hidup yang lebih menggetarkan. Namun apa yang telah mereka sumbangkan untuk komunitas di daerah asal ? Apa pula yang telah mereka sumbangkan untuk negerinya?

Salam Rikho Kusworo, 11 Agustus 2013 Ungaran, Semarang.

Ditulis Rikho Kusworo 11 Agustus 2013 selesai 7.30 pagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun