Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Beranda: Keikhlasan Ala Keluarga Standford

4 November 2012   06:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:00 461 1

Suatu ketika sepasang suami istri senior citizen berjalan pelan malu malu menuju sebuah gedung. Sang suami mengenakan jas rajutan rumahan, sementara sang istri memakai baju kotak kotak yang warna kainnya sudah mulai pudar. Pasutri itu masuk ke ruang tunggu kantor Presiden Universitas Harvard.

“ Kami ingin menemui Presiden “ kata sang suami senior citizen itu.

“ Beliau sibuk seharian” tegas sekretaris dengan cepat.

“Kami akan menunggu “ jawab sang istri.

Selama berjam-jam sekretaris tidak menggubris keberadaan pasutri itu. Sekretaris berharap mereka berdua akan angkat kaki dari ruangan setelah urat kesabarannya putus karena menunggu lama. Faktanya, mereka berdua tetap tak beringsut dari tempat duduknya. Karena frustasi, sekretaris membujuk sang Presiden Universitas untuk menemui pasutri sepuh itu.

Setelah bertemu presiden, pasutri itu mengungkapkan niatnya untuk membangun sebuah monumen di Universitas Harvard. Sebuah landmark untuk mengenang anaknya yang meninggal karena kecelakaan. Sebelum meninggal, anak pasutri itu pernah kuliah selama setahun di Universitas Harvard.

Dengan wajah penuh gengsi dan pandangan mata yang penuh martabat, secara tegas Presiden mengatakan tidak bisa memenuhi keinginan pasutri itu.

“Kalau saya mengijinkan dibangunnya patung untuk setiap orang meninggal yang pernah kuliah di sini, maka tempat ini akan menyerupai kuburan” tukas sang presiden.

“ Bukan patung yang ingin kami bangun. Kami ingin menyumbangkan sebuah gedung untuk Harvard” kata sang nyonya buru buru menjelaskan.

Sambil melirik baju kotak kotak dan jas lusuh yang dikenakan pasutri itu, sang presiden menjawab,” Anda perlu tahu, untuk mendirikan gedung kampus ini butuh biaya tujuh setengah juta dollar”

Dalam hati, sang Presiden pun puas karena dia sekarang mempunyai alasan untuk mengusir pasutri yang dianggapnya mengada-ada itu. Dengan satu tangan masuk ke saku, sang presiden belum beranjak dari tempatnya berdiri.

Sementara itu, sejenak sang nyonya terdiam setelah mendengar penuturan sang presiden. Kemudian Nyonya itu berpaling kepada suaminya dan berkata, “ Kalau cuma segitu biayanya, mengapa kita tidak bikin universitas sendiri saja ”

Tanpa berkata apa pun, sang suami mengangguk. Sementara itu wajah sinis Presiden Harvard pun nampak bingung.

Pasutri itu adalah Tuan dan Nyonya Leland Stanford. Mereka akhirnya mendirikan University of Standford,sebuah kampus cukup terkemuka di Amerika Serikat, untuk mengenang putra mereka yang sudah meninggal.

Cerita Leland Stanford, saya ambil dari Buku Si Cacing Dan Kotoran Kesayangannya 2 Karya Ajahn Brahm.

Saya tiba tiba teringat cerita di atas. Pimpinan saya di kantor pernah menanyakan makna kata Ikhlas. Saya jawab, ikhlas adalah ketika kita tidak pernah memikirkan lagi segala hal yang pernah kita keluarkan. Bisa jadi itu berupa materi,waktu, tenaga, kontribusi, atau apa pun hal hal yang kita anggap penting dalam kehidupan kita.

Nampaknya pimpinan saya tidak puas dengan jawaban itu. Ketika itu saya memberi contoh. Ketika masyarakat masih primitif dan belum ada WC, orang akan buang air besar di sungai atau kali. Setelah buang air besar, orang itu tidak pernah melihat (maaf) kotorannya lagi. Saya katakan kepada pimpinan bahwa gambaran orang yang ikhlas adalah seperti orang yang buang air tadi.

Contoh itu pun menurut pimpinan saya masih kurang memuaskan. Ketidakpuasan masih menggelayut dalam benak pimpinan saya, walaupun saya sudah mengatakan ikhlas=tulus.

“ Kalau dalam bahasa Inggris, apa padan katanya ikhlas, supaya saya bisa menangkap sense-nya” begitu kata pimpinan.

Sincere “ jawab saya.

Wajah keingintahuan belum terobati oleh jawaban saya ini.

Hari ini saya membuka buka kamus untuk mencari jawabanya. Menurut KBBI Ikhlas diartikan bersih hati;tulus hati. Seperti contohnya dalam kalimat Dia memberi pertolongan dengan ikhlas.

Sedangkan tulus dimaknai oleh KBBI sebagai bersungguh-sungguh dan bersih hati. Benar benar keluar dari hati yang suci ; jujur;tidak pura pura;tulus hati dan tulus ikhlas.

Dalam Kamus Webster, arti paling dekat dengan ikhlas adalah Sincere, yang mempunyai makna without deceit, pretense; hypocrisy, truthfull; straightforward; honest. Arti lainnya being the same in the actual character as in outward appearance; genuine; real.

Cerita tentang Keluarga Standford dalam tafsiran saya terangkum nilai nilai pemaknaan tentang keikhlasan dan pamrih. Tuan Nyonya Stanford mempunyai niat yang benar benar keluar dari hati nurani. Niat untuk mengenang putra tercintanya yang meninggal karena kecelakaan. Mereka berdua tidak memoles penampilan mereka untuk mendapatkan sambutan yang layak dari sang presiden. Berpakaian seadanya, jauh dari formalitas. Jauh dari kesan pamrih mengharapkan penerimaan yang akan mengangkat martabat mereka. Mereka hanya menginginkan anaknya yang meninggal digantikan “anak anak” yang akan bersekolah di kampus itu.

Sementara itu sekretaris dan sang presiden adalah gambaran ketidakikhlasan. Presiden dan sekretaris adalah contoh nyata adagiumquid pro quo, one thing in return for another, pamrih. Apa untungnya menemui pasangan berpakaian lusuh yang datang berjalan kaki. Jelas dalam nalar dan logika, pasutri itu tidak punya urusan apa pun di Harvard, apalagi setelah kedua orang “miskin” itu “membual” dengan mau menyumbang gedung.

Sungguh tidak mudah untuk bersikap ikhlas dan tidak berpamrih. Saya menulis artikel ini pun berpamrih untuk dibaca.

Ikhlas = Nothing in return for another.

Selamat Menikmati Akhir Pekan.

Ditulis Rikho Kusworo 4 November 2012 jam 11 siang.

Tulisan Rubrik Beranda sebelumnya

Beranda : Kapok Lombok

Beranda: Chaos Di Warung Pecel

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun