Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

PRT,Pasangan Tandem Urus Rumah Tangga

15 September 2012   10:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:25 1841 1

Pembantu Rumah Tangga (PRT) atau asisten rumah tangga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari khazanah kehidupan keseharian.

Seorang teman sebutlah Andrew, membutuhkan asisten rumah tangga untuk mengatur urusan domestik rumah tangga serta mengurus kedua anaknya.

Beberapa minggu ini Andrew meminta tolong kenalan-kenalan yang tinggal di luar kota Ungaran seperti Magelang dan Demak untuk mencarikan asisten rumah tangga. Andrew memang sedang getol-getolnya mencari asisten rumah tangga mengingat istrinya juga karyawan. Anggarannya gaji pembantu Rp.800.000 dengan tugas mengurus rumah dengan dua anak masing-masing berumur tiga tahun dan enam bulan. Hasilnya sampai sekarang nihil sehingga Andrew memutuskan untuk berburu sendiri.

Lewat seorang makelar pembantu, Andrew, Rabu sore kemarin menjemput pembantu di sebuah pelosok desa di daerah Salatiga. Desa itu letaknya cukup jauh, sekitar satu jam perjalanan dari kota Ungaran.

Sebuah pesan masuk ke telepon seluler saya,” Walah ternyata umurnya baru dua puluh satu tahun, belum ada pengalaman sama sekali. Bagaimana mau ngurus anak kalau belum pernah punya anak. Lagian, tadi nemuin aku Cuma memakai shortpant,sambil senyam-senyum lagi. EDAN”

Sekelumit cerita Andrew memperkokoh pemahaman saya tentang pentingnya asisten rumah tangga. Sejak April lalu saya memperkerjakan asisten rumah tangga, sebutlah Mbak Srimpi. Tugasnya hanya mencuci,menyeterika,dan membersihkan rumah. Sementara itu, saya dibantu ibu mertua yang ikhlas meninggalkan rumahnya sendiri, pindah ke rumah saya untuk mengurus anak saya. Mbak Srimpi tidak pandai memasak. Prakteknya, ibu mertua yang memberikan komando kepada Mbak Srimpi, apa yang harus dilakukan ketika proses memasak. Memasak ini hanya bisa dilakukan ketika anak saya Adel tidur.

Rumah Mbak Srimpi kebetulan hanya satu kilometer dari rumah saya. Jadi Mbak Srimpi berangkat ke rumah saya pagi, dan pulang menjelang petang setiap hari, tidak menginap, dan Minggu libur.

Pada suatu ketika, karena anaknya sakit Mbak Srimpi tidak masuk beberapa hari. Cucian dan baju seterikaan menumpuk. Jujur untuk urusan cuci dan setrika saya paling malas. Sehingga saya seterika baju atau celana paginya,menjelang berangkat ke kantor.

Istri bertanya kepada saya “Terus nanti hitungan gaji per bulannya bagaimana ayah, kalau beberapa hari nggak masuk begini “. Pertanyaan yang wajar mengingat sejak kami menikah, belum pernah punya pembantu sebelumnya.

Saya jawab,” Mendingan kekeluargaan saja, toh kita juga butuh Mbak Srimpi”

“ Maksudnya bagaimana ayah ?” tanya istri kurang jelas.

“ Sudahlah, gaji Mbak Srimpi yang per bulan Rp.500 ribu itu jangan dipotong. Biarkan dia ganti utang ketidakhadirannya dengan masuk pas jatah liburnya, di hari minggu. Terserah dia mau menggantinya minggu yang kapan. “ jawab saya.

Istri pun mengangguk setuju. Saya tekankan kepada istri bahwa asisten rumah tangga harus kita perlakukan sebagai keluarga. Layaknya keluarga, apabila Mbak Srimpi mempunyai kesulitan, sebisa mungkin kita membantu.

Pada saat anaknya sakit tentu Mbak Srimpi butuh uang. Dengan memotong gaji Mbak Srimpi justru akan menambah beban. Karena pada saat itu itulah dia butuh biaya. Semakin Mbak Srimpi banyak problem, imbasnya ke keluarga kami juga. Sering tidak masuk yang akhirnya membuat kami kacau menjadwal kegiatan.

Nampaknya niat kekeluargaan ini pun mendapatkan balasan yang senada dari Mbak Srimpi. Di kemudian hari ketika hari – hari minggu pas jatah libur, Mbak Srimpi masuk. Saya pun tidak menghitung berapa hari Mbak Srimpi masuk pada hari hari Minggu itu. Pokoknya ketika kami membutuhkan bantuannya untuk masuk di hari Minggu, Mbak Srimpi masuk kerja, walaupun hanya setengah hari.

Kemarin sebelum lebaran, ketika saya menyodorkan tali asih sekedar uang saku untuk berlebaran dan baju baru. MBak Srimpi meneteskan air mata. “ Belum genap kerja tiga bulan kok sudah dikasih THR tho pak “ demikian katanya.

Baju baru diterima Mbak Srimpi, namun THR dikembalikan sambil berkata, “ THR nya saya ambil nanti saja pak kalau sudah mepet dekat lebaran. Kalau saya terima sekarang takutnya habis. Saya mau pakai uang itu nanti untuk beli baju anak-anak”

Beberapa teman mengatakan kepada saya bahwa terlalu mahal gaji 500 ribu untuk asisten rumah tangga yang tidak menginap. Yang tugasnya hanya mencuci,menyetrika (hanya baju tiga orang dewasa dan balita), membersihkan rumah, dan bantu memasak.

Namun bagi saya, gaji asisten rumah tangga bisa jadi adalah salah satu motivasi yang membuat mereka betah. Untuk mengurangi pengeluarannya tekadang juga diberi sekedar lauk dari rumah saya untuk anak-anaknya.

Niat kekeluargaan ini didasari oleh sikap bahwa saya memang membutuhkan asisten rumah tangga. Saya sekeluarga berusaha menciptakan suasana agar asisten rumah tangga ini nyaman bekerja di rumah saya. Layaknya asisten, pembantu adalah pasangan tandemdalam mengurus rumah tangga, bukan jongos yang kita suruh-suruh mengerjakan hal-hal kecil yang bisa kita lakukan sendiri.

Tanpa asisten rumah tangga, segala urusan saya bisa terbengkalai, karena saya dan istri sama sama sibuk. Baru masuk rumah setelah Maghrib bahkan untuk saya kadang baru pulang larut malam.

Kalau asisten rumah tangga tidak betah, mencari penggantinya juga bukan hal yang mudah. Faktornya banyak, belum tentu orang baru ini mempunyai level ketrampilan,kedewasaan,dan kejujuran yang sama dengan asisten rumah tangga yang sekarang ada.

Banyak orang yang kikir dalam menggaji serta alpa dalam memperlakukan asisten rumah tangganya secara baik. Pada akhirnya mereka sendiri lah yang akan keteteran dan kelabakan ketika asisten rumah tangganya kabur.

Selamat Menikmati Akhir Pekan Bersama Keluarga

Ditulis Rikho Kusworo 15 September 2012. Jam 5.30.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun