Seperti kejadian unik yang dialami oleh seorang teman. Mamat (samaran) kedatangan tamu cewek bule asal negara Paman Sam. Ashley (samaran),bule ini adalah kakak iparnya, istri dari kakak kandungnya. Seperti diceritakan Mamat kepada saya sepuluh tahun yang lalu, Ashley berkunjung ke Semarang dalam rangka mengunjungi ibu mertuanya yang tinggal di kawasan Puspogiwang Semarang.
Setelah beberapa hari tinggal di Semarang, Ashley sakit demam. Menurut Mamat, mungkin karena penyesuaian drastis dari iklim subtropis ke iklim tropis. Mamat pun kebingungan ketika demam kakak iparnya tidak jua turun.
Dengan tubuh Ashley yang masih menggigil karena demam, Mamat mengantar Ashley berobat ke dokter umum . Ketika mereka datang, sudah ada empat orang menunggu antrian untuk periksa dokter. Mamat dan Ashley pun ikut mengantri. Pada saat tiba giliran Ashley dan Mamat, di belakangnya sudah ada selusin orang mengantri.
Dokter pun mempersilakan Ashley dan Mamat duduk. Dokter laki-laki berumur hampir limapuluhan itu menanyakan keluhan Ashley. Nampaknya dokter ini fasih juga dalam berbahasa Inggris.
Ashley menyebut dalam bahasa Inggris dirinya terkena Fever (demam). Setelah menanyakan pertanyaan standar, apakah ada alergi obat, dokter memberikan lima buah jenis obat.
Ketika itu wajah Ashley terkesan asing dengan obat-obat yang diberikan kepadanya. Lima macam obat itu ada obat yang berlabel dan ada yang tak berlabel. Ashley meletakkan di meja dokter. Ashley meminta penjelasan dokter obat jenis apa yang baru sajadiberikan.
Seusai permintaan Ashley dokter kemudian menyebutkan jenis masing-masing obat. Wajah Ashley nampak tidak puas, ketika dokter sekedar menyebutkan jenis obatnya. Kemudian Ashley meminta dokter menjabarkan alasan pemberian obat tersebut terkait dengan demamnya.
Belum selesai dokter menjelaskan, Ashley mencecar dokter dan bertanya kandungan bahan dari masing-masing obat. Wajah dokter itu pun nampak tidak sabar dengan pasien bule cerewet ini.
Mungkin dalam pengalaman dokter ini belum pernah mempunyai pasien yang banyak tanya. Untuk segara menyudahi sesi pengobatan yang sudah memakan waktu lebih dari satu jam itu, dokter mengatakan “I know what I’m doing“.
Tanpa mempedulikan perkataan dokter yang mencoba meyakinkan, Ashley pun terus mencecar dokter dengan rentetan pertanyaan susulan seputar obat. Mulai dari apa efek sampingnya, pada kondisi tubuh seperti apa pemakaian masing-masing obat harus dihentikan. Ashely pun menceritakan kronologi riwayat penyakit yang pernah dideritanya serta menanyakan apakah masing-masing obat itu berpengaruh terhadap penyakit penyakit itu.
Setelah mendengar penjelasan dokter, Ashley pun mengembalikan satu jenis obat, yang menurutnya tidak dibutuhkan. Di akhir sesi pengobatan yang hampir memakan waktu satu hampir dua jam lebih itu, Ashley mengatakan kepada dokter “Sorry DOC maybe you’re not used to have a fret (rewel,cerewet ) patient like me. But I need to know for sure before swallowing this drug“
Dokter itu tersenyum. Ashley pun keluar dari ruang praktek tanpa minta diri seperti layaknya orang timur. Mamat mengikuti dibelakang Ashley. Sebelum Mamat menutup pintu dokter itu berkata,”Pasien itu memang seharusnya seperti bule itu Mas, tapi kalau semua pasien saya seperti bule tadi, kepala bisa pusing Mas, waktu untuk sesi pengobatan tadi seharusnya untuk tiga atau empat orang”
Di luar ruang periksa, pasien lain yang sudah menunggu terlalu lama memandangi mereka berdua. Mungkin dalam hati para pengantri itu, jatah waktu periksa tiga orang diembat Ashley dan Mamat
Mamat yang baru sekali ketemu kakak iparnya ini pun geleng-geleng kepala. Sambil menyetir Mamat bertanya apakah Ashley tidak percaya pada dokter tadi hingga mengajukan beragam pertanyaan.
Jawaban Ashley singkat,” The rule is simple, because he’s not Jews “
Menurut pengakuan Ashley kepada Mamat, memang komunitas keturunan Yahudi di negara Paman Sam adalah dokter-dokter yang hebat dan terpercaya . Bisa dilihat di Sini
Sepulang dari tempat praktik dokter, mereka lewat di kawasan bunderan Kalibanteng. Ashley pun berseru “ Oh…I thought New York was bad “. Nampaknya cewek bule ini tidak mengira bahwa ternyata selain New York yang konon lalu lintasnya semrawut, masih ada kawasan lain di sebuah belahan dunia yang lalu lintasnya lebih parah