Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor

(Humor) Kempongan Bayi di Halaman Kampus OSPEK

12 Mei 2012   11:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:24 1096 2

Berawal dari kisah ketika saya mengikuti Orientasi Pengenalan Kampus (OSPEK) belasan tahun yang lalu. Pada saat itu di fakultas saya, OSPEK masih menjadi momok. Selain senior yang kelewat galak, tugas-tugas yang harus dibawa bejibun, banyak sekali. Nampaknya barang bawaan yang diwajibkan aneh-aneh, terkadang memang bikin kami kesulitan.

Suasana OSPEK sendiri setiap hari cukup mencekam. Tidak ada satupun mahasiswa baru yang membantah,berargumen,ngeyel, bahkan memandang mata senior pun tidak ada yang berani. Pernah suatu ketika ada teman sesama maba (mahasiswa baru) wanita, sebutlah Kenari namanya, yang membantah senior ketika diperintah.

Kakak maunya apa, semua yang kita lakukan tidak ada yang benar,” kata Kenari dengan nada tinggi menantang.

Kenari membantah senior dihadapan ratusan mahasiswa di halaman seluas lapangan basket. Dalam hati saya, berani sekali anak ini, apa mungkin karena bapak Kenari perwira menengah ABRI, sehingga dia begitu berani.

Semua wajah maba tertunduk, hanya mata Kenari yang menatap garang pada senior laki-laki berkulit putih,tinggi, ceking. Posisi Kenari saat itu berada sekitar 3 meter dari tempat saya berdiri.

Mendengar ada maba yang berani membantah dengan nada tinggi, sang senior ini tidak bereaksi. Sesaat kemudian senior ini mendekat dengan pengeras suara yang sejak tadi dipegang. Setelah sampai di depan Kenari, senior ini membentak keras,” Kamu berani membantah ya, apa kamu pikir kita keder, kalau Bapakmu Bintang Tiga baru kami ngeper (takut),” .

Senior itu membentak dengan suara keras dengan mulut di depan pengeras suara jinjing, sehingga suaranya didengar ratusan mahasiswa. Nampaknya senior sudah mempelajari biodata maba yang masuk. Senior ini sudah menandai maba-maba yang dianggap punya backing. Saya pun mendengar kalimat senior itu pun bergidik, lha kalau baru ngeper dengan Bintang Tiga tentunya senior ini pasti punya backing minimal Bintang Dua, pikir saya. Kejadian di hari pertama itu sungguh membuat maba merasa benar-benar tertekan.

Yang terjadi berikutnya ketika senior ini membacakan daftar barang bawaan yang harus dibawa untuk kegiatan hari berikutnya, kami pun memperhatikan dengan seksama serta mencatatnya. Beberapa yang saya ingat dari belasan item yang harus dibawa adalah blimbing (harus besisi lima), tutup botol (merk yang tidak terkenal), dan kempongan bayi.

Di sinilah kisah jenaka ini berawal, berkaitan dengan tugas membawa Kempongan Bayi.

Untuk menyelesaikan tugas-tugas membawa barang bawaan itu, kami dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari 10 mahasiswa. Kegiatan OSPEK mulai jam 5 pagi sampai dengan Jam 7 setelah Isya. Mustahil untuk membawa barang bawaan belasan item itu tanpa kerja sama kelompok, karena kita baru mulai berburu barang-barang itu setelah selesai kegiatan jam 7 malam. Kalaupun bisa dikerjakan sendirian pastilah dibantu beberapa orang dari keluarga di rumah. Walhasil saya pun memilih bekerja dengan kelompok. Saya baru tidur pukul 2 pagi, dan harus bersiap di Kampus keesokan harinya pukul 5 pagi.

Keesokan harinya ketika matahari sepenggalah, di tempat yang sama, senior pun meminta maba mengeluarkan tiap tiap item barang bawaan. Tibalah saatnya senior meneriakkan untuk mengeluarkan Kempongan.

Sekarang Tolong Keluarkan Kempongan-nya, Cepat..Cepat..Cepat” bentak senior ceking yang kemarin membentak Kenari. Senior ceking yang koordinator lapangan ini memberi instruksi dari atas podium yang tinggi.

Maba pun bergegas mengambil Kempongan dari dalam tas masing masing dan mengacungkan ke atas kepala tinggi-tinggi agar Senior bisa melihatnya. Setelah semua maba mengangkat ke atas, senior-senior asisten pun bergerilya masuk ke barisan maba untuk mengecek apakah semua maba benar-benar membawa Kempongan.

Tiba tiba dari atas podium sang senior ceking itu berteriak, “ He..kamu Glendoh mana Kempongan Kamu ?”

Teman maba laki-laki ini dipanggil Glendoh mungkin karena tubuhnya agak gemuk, sedikit pendek dan kalau jalan lambat seperti entok..megal-megol.

Mendengar teriakan senior,Glendoh yang merasa sudah mengacungkan barang bawaan yang dimaksud, bingung.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun