Tahukah anda dengan lagu yang berjudul “Serumpun Padi” karya Maladi? “Nyiur Hijau” karya Maladi? “Di Timur Matahari” karya Wage Rudolf Soepratman? Tiga lagu ini merupakan contoh sebagian kecil lagu nasional yang ntah terbawa arus apa sehingga lagu-lagu ini sudah jarang terdengar di telinga. Bahkan, mungkin saja ada yang belum pernah mendengar lantunan merdu irama dan indahnya lirik dari tiga lagu nasional tersebut. Padahal, lagu-lagu nasional tidak kalah bagus dibanding dengan lagu-lagu luar negeri. Lagu-lagu nasional bermakna sangat dalam. Salah satunya adalah lagu yang berjudul “Nyiur Hijau” karya Maladi. Penggalan liriknya yang bermakna keindahan tanah air Indonesia adalah tanah airku tumpah darahku, tanah yang subur kaya makmur, tanah airku tumpah darahku, tanah yang indah permai nyata. Masih banyak lagi yang dapat kita interpertasikan dan kita dapat mengambil pesan dari lagu-lagu nasional tersebut. Pesan tentang semangat juang yang tinggi, rasa syukur, keindahan alam, pantang menyerah dan sebagainya. Lalu? Mengapa lagu-lagu nasional ini seakan-akan mati dan hilang? Inilah bukti degradasi moral di kalangan remaja saat ini. Miris memang. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya permintaan terhadap lagu-lagu nasional, beralihnya selera terhadap lagu-lagu nasional ke lagu-lagu luar negeri, dan kurangnya minat remaja dalam menyanyikan, mengintrepertasikan, dan menyebarluaskan lagu-lagu nasional. Sebagai contoh dalam realita kehidupan, menjamurnya lagu-lagu asal korea dengan pemakaian bahasa korea membuat remaja Indonesia lebih suka menyanyikan dan menghafal lagu tersebut. Sedangkan, dalam pelaksanaan upacara bendera saja banyak remaja yang tidak hafal dengan lagu-lagu nasional yang dinyanyikan oleh kelompok paduan suara.
Sementara banyak orang yang berspekulasi tentang penyebab degradasi moral di kalangan remaja Indonesia ini, sebenarnya yang menjadi akar permasalahannya adalah kurangnya rasa cinta tanah air dalam jiwa pemuda. Namun, banyak hal pendukung lainnya yang menjadi penyebab, diantara lain adalah proses globalisasi yang menyebabkan unsur-unsur budaya asing menjadi mudah masuk ke Indonesia. Di samping itu, mayoritas pemuda Indonesia bersifat tidak peduli terhadap sejarah, kekayaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bangsa Indonesia. Kurangnya rasa cinta tanah air ini tentu saja membawa dampak yang buruk pada pembangunan karakter bangsa Indonesia. Dampak yang buruk ini dapat mengakibatkan hilangnya ciri khas bangsa Indonesia yang telah ditanggapi masyarakat luar negeri dan buruknya citra bangsa Indonesia di luar negeri. Beberapa kasus remaja yang kurang memiliki rasa cinta tanah air harus diperhatikan untuk menjadikan remaja sebagai generasi penerus bangsa yang sehat, mandiri, beriman, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, kreatif, dan disiplin sebagaimana termaktub dalam visi pembangunan nasional.