Selama beberapa dekade, desain strategi pengajaran (dan sistem pembelajaran, secara umum) sebagian besar diperlakukan sebagai aktivitas tingkat mikro, reduksionistis, dan linier-yang berfokus pada analisis hasil pembelajaran tertentu, menyelaraskannya dengan strategi pengajaran yang disarankan, lalu menyampaikan instruksi dengan cara yang lugas untuk memperoleh respons yang diinginkan. Namun, saat ini, pembelajaran terjadi dalam kerangka multidimensi, memadukan pengalaman formal, nonformal, dan informal yang melampaui waktu, ruang, media, dan format. Kompleksitas kehidupan kita dan keragaman teknologi yang tersedia menuntut adanya pergeseran dalam teori pembelajaran, menjauh dari episode pembelajaran mandiri yang mendorong informasi secara tunggal dan menuju pandangan multititik dan multimoda di mana pembelajaran melintasi batas waktu, konteks, metode penyampaian, dan perangkat.
Meskipun teknologi jaringan telah memungkinkan untuk mendukung pembelajaran seumur hidup yang ada di mana-mana, metode pengajaran dan strategi pengajaran kita belum mampu mengimbangi kemampuan pembelajaran baru ini. Kita masih merancang di tingkat modul, kursus, atau program, mengabaikan jalur pembelajaran yang lebih luas, dan mengabaikan peristiwa periferal tambahan yang dialami pelajar sepanjang hidup mereka. Kita perlu memodernisasi konseptualisasi kita tentang "strategi pengajaran," dan memperluas prinsip-prinsip ini untuk mendukung ekosistem pembelajaran yang lebih terbuka, fleksibel, dan personal. Kita perlu menciptakan pembelajaran seumur hidup yang berkelanjutan dan bermakna serta menemukan cara untuk menggabungkan elemen-elemen dari konteks yang beragam dan informal ke dalamnya.
Berikut ini merupakan beberapa strategi yang dapat di lakukani untuk mendorong
pembelajaran masa di depan:
1. Pembelajaran yang berorientasi pada masa depan
Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, pendidikan perlu selalu mengutamakan siswa yang kurang beruntung. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengaturan yang tegas dari pemerintah untuk memberi perhatian khusus pada kurikulum serta metode pengajaran yang ditujukan bagi mereka yang memiliki risiko tertinggal. Salah satu langkah penting dalam hal ini adalah memberikan kurikulum yang lebih sederhana kepada sekolah. Sekolah yang mengimplementasikan kurikulum yang lebih mudah cenderung mengalami penurunan prestasi belajar yang lebih minimal. Reformasi pendidikan yang dilakukan di Indonesia seharusnya berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang untuk mencapai hasil yang terbaik. Penekanan pada pembelajaran yang lebih mendalam dan pengalaman belajar yang lebih berpusat pada tawaran siswa akan menjadi kunci bagi kesuksesan pendidikan Indonesia di masa depan.
2. Pembelajaran emersif
Pembelajaran imersif memanfaatkan teknologi untuk menciptakan suasana digital atau buatan yang menyeluruh. Para pengajar kemudian "memasukkan" siswa mereka ke dalam materi pelajaran, memungkinkan mereka untuk merasakan dan berinteraksi dengan proses belajar, bukan hanya sekadar membaca atau mendengarnya. Pembelajaran yang memiliki makna dalam pendidikan menggunakan pendekatan yang berbeda untuk mengubah cara siswa memperoleh dan memahami informasi, menjadikan kelas sebagai tempat yang menarik, menantang, dan berkesan bagi mereka. Dengan munculnya teori baru mengenai pengalaman belajar imersif setiap hari, penelitian menunjukkan bahwa ini menyediakan banyak kesempatan. Pembelajaran imersif terbukti menjadi metode yang sangat efektif untuk membantu banyak siswa dalamm engembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Ini menawarkan materi dan lingkungan buatan yang dirancang secara digital, yang meniru situasi dunia nyata dengan akurat, sehingga keterampilan dan teknik baru dapat dipelajari dan diperbaiki. Siswa bukan sekadar penonton; mereka berperan sebagai partisipan aktif yang berpengaruh terhadap hasil pembelajaran.