Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Gaji Terbatas, Mengajar dengan Ikhlas

23 Oktober 2024   10:53 Diperbarui: 23 Oktober 2024   10:58 99 0

Nur Azizah, seorang guru taman kanak-kanak (TK) di lembaga Tama 2, Bantul, telah mengabdikan diri selama lebih dari 18 tahun. Di balik senyum cerahnya saat mengajar anak-anak, tersimpan kisah panjang perjuangan seorang guru honorer yang tak banyak diketahui.

Panggilan Jiwa di Tengah Keterbatasan

Guru honorer memiliki peran yang sangat penting dalam sistem pendidikan kita. Mereka mengisi kekosongan tenaga pengajar di berbagai daerah, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau. Namun, mereka harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari ketidakstabilan pekerjaan, gaji yang rendah, hingga kurangnya fasilitas.

Keputusan Nur Azizah untuk menjadi guru honorer bukanlah semata-mata pilihan, melainkan panggilan jiwa. Lulusan S1 sejarah ini awalnya bercita-cita mengajar di tingkat SMP atau SMA. Namun, gempa Yogyakarta tahun 2006 membuka peluang baginya untuk berkontribusi di dunia pendidikan anak usia dini.

"Menjadi guru itu panggilan jiwa. Kalau memang tidak menjiwai, jangan menjadi guru," tegas Nur Azizah.

Sebagai guru kelas di Taman kanak-kanak, tugasnya tak hanya mengajar, namun juga menjadi sosok ibu bagi anak-anak didiknya. Tetapi, di balik dedikasinya, ia harus menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait kesejahteraan.

Tantangan Kesejahteraan yang Tak Pernah Usai

Setiap hari, jutaan anak Indonesia berinteraksi dengan guru. Namun, di balik keberhasilan mereka, terdapat sosok guru honorer yang seringkali luput dari perhatian.

Rendahnya kesejahteraan guru honorer berdampak langsung pada kualitas pendidikan. Guru yang merasa tidak dihargai dan memiliki beban hidup yang berat cenderung kurang memiliki motivasi dan inovasi dalam mengajar.

Gaji yang tidak menentu, status yang tidak jelas, dan fasilitas yang terbatas menjadi tantangan utama yang dihadapi guru honorer seperti Nur Azizah. Gaji yang diterima sepenuhnya berasal dari yayasan sekolah dan sumbangan orang tua murid.

                 

    "Guru honorer itu seolah-olah terus mengikuti jam kerja guru PNS. Sebenarnya itu seharusnya tidak, tapi karena misalnya diantara sekolah itu ada PNS dan honorer, seolah-olah guru honorer itu mengikuti jam kerja dari PNS," ungkap Nur Azizah.

Perbedaan yang mencolok antara guru honorer dan PNS semakin terasa. Guru PNS memiliki kepastian gaji, tunjangan, dan masa depan yang lebih terjamin. Sementara itu, guru honorer harus terus berjuang untuk mendapatkan penghasilan yang layak.

Sudah saatnya kita mengubah paradigma tentang guru honorer. Mereka bukan sekadar tenaga bantu, melainkan mitra sejajar dalam memajukan pendidikan di negara ini. Untuk itu, perlu ada upaya konkret untuk memperbaiki kesejahteraan guru honorer, salah satunya adalah dengan merevisi kebijakan terkait jam kerja.

Mungkin sudah saatnya kita mempertimbangkan untuk memberikan fleksibilitas jam kerja bagi guru honorer, terutama bagi mereka yang memiliki beban keluarga yang berat atau tugas tambahan di luar sekolah. Dengan demikian, mereka dapat menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih optimal bagi dunia pendidikan.

Harapan untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Di balik senyum ramah dan semangat mengajar seorang guru, tersimpan beragam tantangan yang tak mudah diungkapkan. Terlebih bagi guru honorer, yang harus berjuang ekstra keras untuk mencerdaskan anak bangsa. Dengan gaji yang terbatas, status pekerjaan yang tidak tetap, dan fasilitas yang minim, guru honorer tetap setia mengabdi. Namun, di balik segala keterbatasan, mereka menyimpan harapan besar untuk masa depan profesi mereka.

Meskipun menghadapi berbagai kendala, Nur Azizah tetap optimis. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan guru honorer, terutama di tingkat TK.

"Harapannya kalau dari dulu itu memang berharap kedepannya guru honorer itu mendapat perhatian yang lebih. Artinya tidak harus sama dengan PNS itu tidak, tapi untuk kesejahteraan itu sebaiknya tetap memang menjadi prioritas untuk ditingkatkan," ujarnya.

Nur Azizah juga berharap adanya program P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru TK, serta program inpassing untuk guru yang sudah memiliki sertifikat. Hal ini akan memberikan kepastian status dan meningkatkan kesejahteraan guru TK.

Guru honorer memiliki harapan yang sama dengan guru PNS, yaitu mendapatkan kesejahteraan yang layak. Mereka berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih terhadap nasib mereka

Kolaborasi yang Tak Terpisahkan

Meskipun seringkali terabaikan, peran guru honorer sangat penting dalam dunia pendidikan. Mereka berkolaborasi dengan guru PNS untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak.

"Guru ASN dan PNS itu tanpa guru honorer juga tidak akan bisa kerja. Guru di sebuah lembaga itu melakukan kolaborasi," kata Nur Azizah.

Kolaborasi antara guru PNS dan guru honorer bukan sekadar tugas, melainkan sebuah panggilan jiwa. Dengan saling melengkapi kelebihan dan kekurangan, mereka menciptakan sinergi yang kuat dalam mendidik anak bangsa. Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki guru PNS, dipadukan dengan semangat dan inovasi yang dimiliki guru honorer, menjadi kombinasi yang sempurna untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan menyenangkan.

Solusi Jangka Panjang

Untuk meningkatkan status dan kesejahteraan guru honorer, dibutuhkan solusi jangka panjang. Beberapa solusi yang dapat diusulkan antara lain:

Percepatan program P3K untuk guru TK: Memberikan kesempatan bagi guru honorer TK untuk menjadi P3K akan memberikan kepastian status dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Program inpassing untuk guru TK yang bersertifikat: Program ini akan memberikan tunjangan tambahan bagi guru TK yang telah memenuhi syarat.

Peningkatan anggaran untuk pendidikan: Dengan anggaran yang lebih besar, pemerintah dapat memberikan gaji yang lebih layak bagi guru honorer dan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan                                  

Nur Azizah mengusulkan beberapa solusi jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan guru honorer. Dengan adanya program-program tersebut, diharapkan kesejahteraan guru honorer dapat ditingkatkan dan mereka dapat memberikan layanan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak.

Kisah Nur Azizah adalah cerminan dari ribuan guru honorer di Indonesia yang bekerja dengan penuh dedikasi namun seringkali terpinggirkan. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang berjuang untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak bangsa. Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan perlu memberikan perhatian serius terhadap masalah kesejahteraan guru honorer. Dengan memberikan dukungan yang memadai, guru honorer dapat bekerja dengan lebih tenang dan fokus pada tugas utamanya, yaitu mendidik generasi muda.

Melalui kisah Nur Azizah, kita dapat melihat betapa pentingnya peran guru honorer dalam dunia pendidikan. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang seringkali bekerja dengan penuh dedikasi meskipun dengan segala keterbatasan. Pemerintah dan masyarakat perlu memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan mereka agar kualitas pendidikan di Indonesia dapat terus meningkat.

Harapan mereka sederhana, namun sangat berarti. Semoga suatu saat nanti, guru honorer dapat hidup dengan sejahtera dan mendapatkan penghargaan yang layak atas dedikasinya. Mari kita bersama-sama memperjuangkan nasib guru honorer, agar mereka dapat memberikan yang terbaik bagi generasi penerus bangsa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun