1. Ajang 'Untukmu Ibu' bagi saya terlaksana dengan sangat sukses. Terlepas beberapa puluh atau ratus peserta yang siap-siap kena kartu kuning, jumlah peserta yang lebih dari 500 adalah sebuah pencapaian besar. Hal ini tidak dipungkiri adalah hasil usaha marketing admin yang jempolan. Angkat topi buat admin.
2. Peserta ajang ini pun bervariasi, dari mereka yang benar-benar baru pertama kali mengikuti ajang seperti ini, pertama kali menulis fiksi sampai penulis fiksi betulan. Di sisi ini terlihat keberhasilam admin menggairahkan semangat berfiksi di kalangan anggota FC atau Kompasiana. Angkat topi kedua kali.
3. Saking semangatnya peserta untuk segera memposting tulisan sampai banyak peserta lupa akan tata cara mengikuti ajang ini. Untungnya admin dengan sabar - meski agak galak - menjawabnya. Ini sebuah pelajaran kedewasaan pertama: baca aturan secara seksama dan jangan bersikap seperti anak-anak yang selalu meminta petunjuk.
4. Karena pengabaian ini pula, tulisan yang muncul berada di dua area: fiksi dalam bentuk surat untuk ibu - seperti yang dipersyaratkan, dan fiksi sebagai sebuah cerita. Tidak heran jika beberapa peserta bertanya-tanya. Mudah-mudahan pihak juri bisa bijaksana memegang teguh persyaratan lomba.
5. Dari segi teknis, di luar teknis berfiksi di mana saya bukan ahlinya, cukup banyak terbaca kata-kata yang salah ketik atau kata-kata yang tidak berspasi atau tidak berparagraf. Pelajaran kedua: ada bagusnya jika hal ini menjadi hikmah agar di kemudian hari kita bisa teliti dan membaca tulisan kita sekali-dua lagi sehingga tidak muncul kesalahan sepele yang cukup mengganggu. Kesalahan seperti ini manusiawi, tapi sayang kan tulisan menjadi tidak rapi dan tidak enak dibaca.
6. Ajang lomba ini mengusung satu tema. Terbayang bukan jika lebih lima ratus peserta membuat tulisan dengan tema yang sama, bisa jadi isinya juga mirip. Tapi mirip tidaklah berarti sama, karena tiap tulisan mempunyai nyawa dan diwarnai jiwa penulisnya sendiri. Pelajaran ketiga: ada positifnya jika kita melakukan blogwalking sebelum posting, sehingga jikalau ada tulisan yang mirip, kita bisa memberi pembeda atau mengubah cara pandang di tulisan kita.
7. Masalah dengan satu tema bagi peserta yang mbludak adalah bagaimana membuat judul yang menarik pembaca. Secara tidak sengaja saya jumpai beberapa tulisan dengan judul yang persis sama atau senada. Judul tulisan lain kebanyakan standar dan mudah ditebak, apalagi jika kita sudah melakukan blogwalking. Padahal, bukankah orang tertarik membaca karena judul? Judul yang menarik sudah memberikan satu poin keberhasilan, mengantar pembaca untuk membuka tulisan kita. Jika judul tidak menarik, maka besar kemungkinan juga tidak menarik minat juri. Maka pelajaran keempat adalah berusaha terus membuat judul menarik. Di sisi ini terus terang saya pun mendapat kesulitan. Alamgkah baiknya jika admin FC memfasilitasi sebuah panduan membuat judul menarik.
8. Dari segi isi, terlihat dua kutub cerita, eh tiga deng: gugatan, pujaan dan penyesalan. Namun semua berintikan satu hal yang sama: ibu adalah pahlawanku.
9. Asal cerita nya pun berasal dari dua arah: pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain yang didengar sendiri. Karenanya, membaca tulisan-tulisannya, kentara keterlibatan sebuah emosi personal. Inilah yang menjadikan tulisan-tulisan itu 'hidup', berjiwa. Beberapa tulisan bahkan sangat menyentuh jiwa, mungkin akan menguras air mata. Jika sudah begini, hanya satu yang bisa dilakukan: angkat topi. Pelajaran kelima: warnai tulisan dengan 'jiwa' - 'miliki'lah tulisanmu sendiri.
10. Pada saat selesai posting ternyata ada kegalauan dengan sedikitnya apresiasi berupa jumlah keterbacaan. Untuk hal ini, ada baiknya admin kompasiana menjelaskan apakah masih ada masalah kesalahan penghitungan jumlah pembaca seperti selama ini terjadi? Jika tidak, kita pun tidak perlu galau. Kita berandai-andai positif saja: mungkin semua orang termasuk peserta sedang sibuk sehingga hanya punya waktu terbatas googling. Saya saja hanya bisa membaca sekitar 15 postingan saja. Belum lagi faktor kemenarikan judul dan kebosanan. Pelajaran selanjutnya: move on saja lah.
At the end, saya pikir ajang 'Untukmu Ibu' ini telah memberikan banyak hal positif bagi pesertanya. Selain belajar fiksi, belajar menerima tantangan, belajar menulis sesuatu dalam koridor sempit satu tema, ajang ini pun memberikan keuntungan personal-psikologis bagi pesertanya. Dengan ajang ini kita bisa menggali nostalgi sehingga kita kembali sadar jasa seorang ibu, kita sadar mungkin belum berbakti, kita sadar mungkin dulu mengecewakan, kita sadar...., kita sadar..... Memerlukan seseorang yang berjiwa besar untuk membuka kesadaran itu, apatah lagi merealisasikan dalam tindakan nyata: mengirimkan surat itu kepada ibu, menelepon ibu, memohon maaf kepada ibu atau hanya aktivitas tanpa kata sekedar datang, mencium tangan, mencium pipi....dan memeluknya. Hal itu adalah hadiah terbesar bagi kita dan bagi ibu kita, jauh melebihi iming-iming juara. Seusai ajang ini, kita menjadi orang berbeda.
Para Admin tercinta: terimakasih atas usahanya dan wahana yang terciptanya. Jempol buat admin semua. Sahabatku, selamat jika teman-teman mendapat manfaat.