Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Kompasianival 2012 – yang Dibuang Sayang (2)

18 November 2012   08:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:07 218 8
Informasi

Satu yang rasanya kurang dalam Kompasianival ini adalah mengenai informasi. Rasanya tidak saya lihat sebuah papan berisi informasi jadwal acara hari itu. Juga saya tidak mendapatkan informasi keamanan yang biasanya dilakukan di setiap awal acara “Anda sedang berada di lantai sekian. Toilet di sebelah ini. Musola di lantai itu. Dalam kondisi kebakaran bla…bla….bla… dalam kondisi gempa bla…bla…bla….

Admin

Menyenangkan melihat Bang Isjet dan Kang Pepih banyak membaur dengan para Kompasianer. Namun, mungkin boleh juga jika pihak Admin mempunyai stand / booth sendiri yang setidaknya berisi foto-foto para admin. Jika pun para adminnya sedang berbaur, ada baiknya ada setidaknya satu orang yang stand by sehingga para Kompasianer yang ingin “berkonsultasi” atau “berkeluh kesah” bisa diterima dengan baik.

Juga di dalam acara, saya rasanya akan merasa lebih bangga jika Admin seperti Mas Isjet lebih banyak muncul di panggung, seperti pada saat menyerahkan kenang-kenangan kepada Pak JK. Bener loh Mas, apapun pendapat Kompasianer tentang Admin, kemunculan Mas Isjet di panggung bisa memberi sebuah pesan bahwa Mas Isjet bisa dibanggakan. (Meski sebagai kompasianer kita suka ngeyel, pada dasarnya kita ini baik hati dan baik budi loh)

Waktu

Di dua Kompasianival yang saya ikuti, yaitu tahun ini dan tahun lalu, saya tidak mengikuti acara sampai selesai. Jika saya datang jam 9.30 atau 10 – seperti tercantum dalam undangan, saya paling bertahan sampai jam 2 atau 3 sore. Selain karena kebutuhan memberikan waktu buat si kecil – setelah seharian pergi pagi pulang petang – juga karena terkadang saya berpikir “mau ngapain lagi nih gue?”.

Mungkin acara satu hari saja – mulai jam 9.30 sampai jam 5 sore sudah cukup. Dan sepertinya juga program-program yang ada bisa dimampatkan, dengan waktu tunggu yang tidak terlalu lama dari satu program ke program lainnya.

Dengan waktu pelaksanaan yang singkat dan padat, bisa jadi akan menarik kedatangan rekan-rekan Kompasianer dari daerah lain yang bisa pergi pagi hari dan malam harinya sudah bisa langsung balik ke daerah asal – tidak memerlukan akomodasi lagi. Dan terbayang pula kan – mudah-mudahan tidak ada yang mengalaminya – jika ada yang nyeletuk “ini Kompasianer gak pada mandi sore gitu”.

Lagi pula, sebenarnya bathin para Kompasianer yang pulang duluan pun berkata bahwa mereka ingin hadir sampai tuntas, dan mengetahui siapa yang menjadi Kompasianer of The Year dan Kompasianer terfavorit – selain tentunya mengharapkan ….DOOR PRIZZE.

Konsumsi

“Wah, manja dan pengen enaknya saja, makan gratis”.

He…he…. Itu sesuatu hal yang wajar sebagai manusia ekonomi toh – mengharapkan sebanyak-banyaknya untuk usaha sekecil-kecilnya. Namun rasanya Kompasianer pun tidak terlalu mempermasalahkan tidak adanya konsumsi. Rasanya kita mengerti. “Sudah gratis kok protes lagi’.

Namun alangkah lebih baiknya jika setidaknya di ruangan disediakan air minum mineral gelas saja. Itu yang sangat dibutuhkan, terutama bagi mereka yang tidak siap membawa air minum dari rumah. Bisa terbayang bukan jika saya yang pergi dari rumah jam 9.30, berdiri dan berjalan di ruangan luas, dan sampai jam 1 siang pun belum mendapatkan setetes air pun. Mau ke bawah ke restoran? “Males. (ups, maaf). Males antri. Males turun. Kalau sudah turun, mending langsung balik”, itu yang biasa muncul di benak saya. Yang repot adalah jika tahu-tahu ada yang jatuh pingsan karena dehidrasi. Gak seru kan?

Untuk masalah minum, dan jika tidak ada budget untuk itu, maka mungkin Bos Admin bisa mengajak siapa saja Kompasianer yang mau urunan untuk menyediakan air minum gelas beberapa dus. Rasanya ajakan ini akan mendapat banyak sambutan, karena “memberi air pada orang yang kehausan itu tindakan yang sangat mulia” loh.

Cendera mata

Tiada kesan tanpa kehadiran”, itu pepatah lama. “Pepatah” baru (eh, “celetukan” maksudnya): “Sudah hadir, beri kesan dong”. Tidak perlu yang mewah-mewah atau besar-besar. Sebuah stiker kecil saja dengan logo Kompasianival 2012 sudah cukup memberikan kepuasan bagi Kompasianer (“saya” – penulis) serta bisa dianggap sebagai apresiasi dari pihak Kompasiana (Admin pun kan harus memberi apresiasi kepada undangan. Gimana kalo para undangan ngeboikot, acara jadi sepi kan he…he…).. Lumayan kan sebuah stiker bisa ditempel di mobil atau motor, sehingga nama Kompasiana bisa lebih berkibar.

Ups, apalah diri ini berani-beraninya memberi kritikan dan saran seperti itu?”. Saya bukanlah siapa-siapa, hanya seorang Kompasianer dari sekian ratus ribu orang pengguna Kompasiana. Tapi tidak karena “saya bukan siapa-siapa” lalu saya harus diam dan bungkam, kan? Yah, sekedar catatatn pribadi, siapa tahu bermanfaat demi kebaikan. Kan, kebaikan itu membahagiakan…..Hadeuh

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun