Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Christian Bautista, Andai Diriku Sekeren Dirimu

22 September 2011   04:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:44 911 0
Dari kejauhan seorang cowok, dengan memakai baju warna kemerahan (atau oranye tua) mendekati antrian masuk pesawat. Makin mendekat ke antrian, makin jelas wajahnya. Dengan badan ramping, lebih tinggi dari diriku, wajah segar dengan perangai ramah, langsung saya bergumam 'ni cowok enak dipandang'. Dia memakai baju yang tidak terlalu ketat, namun khas style anak muda, dengan lengan pendek berkancing di pinggir dan memperlihatkan tangannya yang terlihat sering dilatih. Celananya entah jins entah apa, yang pasti memang enak dipakainya. Saya kemudian menduga jika ni orang pasti artis atau setidaknya model Indonesia. Tetapi sewaktu lewat kursinya, saya lihat paspor Filipina tergeletak di sandaran tangannya. 'wah, siapa ya penyanyi Filipina yang terkenal di Indonesia? Hmmm.....Christian Bautista gitu?'. Sepertinya dugaanku betul, karena wajah yang saya cari di gugel mirip dengan cowok itu. Melihat cowok keren seperti itu, saya kok merasa minder, 'kapan ya punya badan bagus, wajah ganteng kayak gitu?' Siapa sih cowok yang tidak ingin punya wajah enak dilihat, badan indah sampai apa saja yang dipakai pantas dikenakannya. Apalagi jika tampilan keren itu didukung perangai yang ramah dan baik hati. Tapi, saya akhirnya urungkan penyesalan dan keminderan itu. Saya lalu mencoba menyadari bahwa dia - atau model-model keren di majalah, tentunya telah melakukan usaha keras untuktampil seperti itu. Untuk  mendapatkan bentuk badan bagus sehingga bisa tampil keren, mereka rela berlatih di gym mungkin empat-lima hari dalam seminggu. Belum ditambah dengan pengaturan menu makan yang ketat. Bahkan ketampanan yang muncul di layar kaca pun bisa jadi muncul karena polesan make-up (hmmm.....cowok juga pakai make-up ya?). Dan bajunya yang enak dilihat pun besar kemungkinan adalah merek terkenal dengan harga aduhai. Sementara itu saya begitu terobsesi ingin menjadi seperti mereka, padahal saya tidak punya tekad dan usaha yang sama untuk menuju ke arah itu. Pernah berlatih di gym setahun, bosan, gak ada hasil, lalu olah raga seadanya, itu pun jika lagi kepengen. Makan ya standar lah, diatur istri, bukan oleh ahli gizi, mana masakannya enak-enak lagi. Belum santapan gorengan, bakso atau cemilan lainnya pada saat senggang. Sementara semahal baju apapun yang dipakai ya ngapain terlalu mahal, jika nanti terkena bau knalpot kendaraan umum, polusi udara ketika turun dari kereta atau bahkan bau standar mobil yang kepanasan. Sementara untuk bermake-up, saya kok masih berpikir nanti seseorang akan bilang 'idiiiih, emang eike cowok apaan'. Lalu, tanpa usaha-usaha seperti itu saya ingin mendapatkan hasil yang sama ganteng dan kerennya? Please deh ah. Kemudian pada saat saya menulis artikel ini, saya perhatikan lagi foto profil saya sendiri. Sebuah foto hitam putih atau tepatnya putih-kuning, dengan fokus cowok muda. Itu bukanlah foto saya. Itu adalah foto bapakku, sewaktu dia masih muda, sebelum menikah dengan ibuku. Saya perhatikan sedikit lebih jeli, 'wah, Papap waktu muda ganteng ya. Berarti saya ada turunan ganteng nih'. Lalu pikiranku melayang ke masa saya kecil sampai besar dan dewasa ini. Papap, begitu saya memanggil ayahku, tidak pernah mempunyai pemikiran menjadi artis, atau berpenampilan keren seperti artis - apalagi dulu belum banyak yang namanya artis, paling Titik Piuspa, Titik Hamzah, Titik Sandhora dan titik-titik lainnya. Tapi tetap di bebapa foto lainnya pun wajahnya tetap ganteng, penampilannya keren, enak dilihat. Demikian pula ibuku sewaktu muda, sebelum menikah dengan ayahku. Beliau terlihat cantik, keren dan enak dipandang. Padahal siapalah mereka. Ayahku hanya pegawai menengah, ibuku hanya ibu rumah tangga. Kami keluarga tradisional sederhana, sesederhana ayahku dalam mencari nafkah yang halal dengan kejujuran dan tingkah laku berbudi. Dan ternyata kawan, itulah yang membuat ayah-ibuku terlihat enak dipandang. Itu kata saya, anaknya. Itu juga kata kakak iparku, menantunya. Tapi itu juga kata tetanggaku, dan teman-teman kerjanya dulu. Ayah-ibuku ganteng dan cantik, karena mereka orang baik dan ikhlas. Mereka terlihat enak dipandang karena mereka mempunyai kecantikan pribadi. Kecantikan dari dalam. Inner beauty. Kecantikan dari akhlak mereka. Kecantikan yang akan diingat dan tetap muncul sampai mati - 'Ibumu saat meninggal cantik sekali wajahnya. Cerah'. Dan kegantengan ayahku  yang tetap muncul sampai umur bertambah tua dan sekarang berusia 87 tahun sekarang ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun