Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Mundurnya Pengumuman Selamatkan Citarum, Keteledoran Admin dan Sikap Paling Indonesia

16 Mei 2011   14:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:35 110 0
Tanggal 13 Mei sudah lewat. Tiga hari menjelang terlangkahi. Namun sepertinya tidak ada titik-titik kejelasan kapan pemenang lomba menulis Selamatkan Citarum akan diumumkan. Padahal secara jelas di dalam Berita Admin disebutkan bahwa 'pemenang akan diumumkan tanggal 13 Mei'. Tanggal tiga belas subuh belum muncul, siang tidak nongol, malam pun berita itu sama masih bersembunyi. 'Ah, tanggal 13 kan dihitung sampai jam dua belas malam, jadi lihat saja besok hari', begitu gumamku. Namun, bablas sampai tanggal 16 Mei, tidak tampak tanda-tanda pengumuman itu. Bahkan informasi penjelasan revisi tanggal pengumuman pun tidak ada. Dan dibiarkanlah Kompasianer yang kemarin bersemangat memposting tulisan untuk menyelamatkan Citarum penasaran dan terus menduga-duga.

Jika direnungkan lebih dalam, sikap Admin seperti ini, bisa saja menjadi sebuah bumerang untuk Kompasiana, yang mengusung jurnalisme warga. Jurnalisme yang banyak diunggulkan karena lebih bersikap laporan transparan dan objektif dari warga sendiri, dan banyak berisi kritikan membangun bagi penguasa negeri, dikhawatirkan akan berkurang 'gigitannya'. Gigitan yang berkurang itu dikarenakan pihak Adminnya sendiri teledor atau abai dalam menjaga integritas sebuah Kompasiana. Bagaimana Kompasiana bisa dipercaya jika apa yang Admin nya sendiri ucapkan tidak ditepati? Bagaimana tulisan Kompasiana itu dianggap profesional, jika terhadap sebuah aktivitas internal saja tidak digarap dengan profesional? Bagaimana Kompasiana dianggap terbuka, jika bahkan informasi penundaan sebuah lomba yang diadakan Kompasian sendiri tidak ada?

'Ah, mungkin Adminnya sendiri sedang cuti panjang menikmati harpitnas'. Begitu mungkin jawabannya. Namun jika demikian, kenapa tidak diutarakan saja pemunduran pengumuman itu ya di kolom khusus Admin? Gampang kan? Kan lebih jelas dan enak bagi mereka yang menunggunya. Yang terjadi sekarang persis seperti yang sering saya alami dulu sewaktu menunggu kedatangan kereta di stasiun, yang sering mundur dan mundur tanpa pemberitahuan. Sebuah tindakan yang benar-benar menjengkelkan, karena kita penumpang tidak tahu sampai kapan dan berapa lama kita harus menunggu. Saat itu sebuah pengumuman penjelasan dari kantor stasiun yang menyatakan penundaan sampai jam sekian - atau bahkan sampai sekian jam - akan cukup disambut hangat, karena setidaknya para penumpang tahu sampai kapan harus menunggu. Bukankah sekarang pun sama, para kontributor dibiarkan menunggu dan menunggu tanpa kejelasan?

Ternyata sikap seperti ini, pengabaian sebuah target / tenggat yang telah disepakati sendiri, sepertinya sudah menjadi keseharian kita. Coba lihat saja mulai dari hal yang sederhana. Janji bertemu, terlambat datang sampai satu jam, dan bablas tanpa pemberitahuan. Bahkan pernah suatu ketika di suatu event, di undangan tertera acara dimulai jam sembilan, sampai dengan jam setengah sepuluh atau sepuluh teng, hanya beberapa gelintir orang saja yang sudah datang. Dan mereka yang terlambat, yang tidak memberitahukan alasan keterlambatannya, datang dengan wajah tanpa bersalah. Dan sikap seperti ini bahayanya bisa menjalar kepada aktivitas pekerjaan, tatkala deadline dari klien tidak terpenuhi atau terlewati, dan kita tidak memberi informasi penundaan pemenuhannya. Sayangnya, sikap negatif seperti ini bisa dikategorikan Paling Indonesia, di antara Paling Indonesia lainnya.

Saya pikir, inilah saatnya kita merubah hal tersebut. Yok, mari kita hargai diri sendiri dengan menunjukkan kepada sekeliling bahwa kita bisa menghargai waktu. Mari kita tunjukan kepada orang lain bahwa kita konsisten dengan apa yang kita sepakati. Dan mari kita bongkar stigma negatif seperti ini, juga stigma 'jam karet', sehingga orang lain akan respek dengan kita.

Jadi Mas/Mbak Admin, penjelasan Admin tentang pengumuman Selamatkan Citarum masih kita tunggu.

Cag, 16 Mei 2011

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun