Dalam kesempatan itu penulis melihat begitu antusiasnya para peserta sebanyak lebih dari 25 orang dalam mengikuti sesi, dengan berbagai kesan-kesannya selama tiga hari pelatihan. Penulis menemukan sebuah gairah dan semangat yang membara dari para peserta yang kesemuanya berprofesi pendidik atau guru, dengan pendidikan minimal sarjana, dalam menjalani sebuah aktivitas di luar sekolah yang menambah pengetahuan, pengalaman dan keahliannya. Bagaimana tidak, mereka bahkan rela berpisah dengan keluarganya selama tiga hari pada saat-saat liburan sekolah, hanya untuk duduk mengikuti presentasi dan ikut berinteraksi dengan pembicara-pembicara yang memberikan motivasi serta melakukan praktik menulis. Bukankah itu membutuhkan suatu tekad yang kuat dalam dirinya untuk berkembang dan berubah? Dan penulis meyakini, dibalik tekad-tekad kuat seperti itu, terdapat tujuan mulia bahwa TCW hanyalah sebuah batu loncatan bagi mereka peserta untuk membuat sebuah program memberdayakan dan memperkuat kompetensi rekan-rekan guru di daerahnya.
Dalam sesi akhir tanya jawab dengan Kang Namin dan Omjay, salah seorang peserta yang juga memegang amanah sebagai pengurus PGRI Kecamatan, mengutarakan curhatannya tentang organisasi PGRI yang lebih berfokus kepada kehidupan organisasi, dan kurang memberi perhatian kepada perkembangan seorang guru baik dari sisi profesi maupun kompetensi guru lainnya. Hal ini seirama dengan uraian Omjay yang menyesalkan sebuah organisasi guru tidak pernah dipimpin oleh seorang guru. Beruntung, guru-guru kita, dicerminkan oleh mereka para peserta, memiliki tanggung jawab moral untuk berkembang dan mengembangkan kemampuan diri dan menularkan apa yang diserap selama tiga hari ini kepada orang lain dan bahkan mungkin mulai memfasilitasi aktifnya PGRI di tingkat kecamatan dalam memberikan wahana aktivitas seperti TWC seperti ini.
Angkat topi bagi penyelenggara Teacher Writing Camp ke empat ini. Angkat topi kepada para guru yang mengadiri TWC yang inspiratif dan keren. Dan pesan kuat dari TWC adalah para guru sangat mendambakan sebuah aktivitas di luar sekolah yang memperkuat kompetnesi dan kemampuannya dalam mendukung tugasnya sebagai seorang pendidik. Para guru juga membutuhkan sebuah "wahana" - semisal asosiasi atau perhimpunan - yang benar-benar adalah sebuah tempat atau organisasi dari guru, oleh guru dan untuk guru - lepas dari kepentingan perorangan, golongan, aliansi politik dan kawan-kawannya, sehingga segala inisitatif brilian dari para guru muncul keluar dan difasilitasi. Ujung dari semua ini adalah kemampuan guru-guru yang hebat itu muncul dan diakui ...... dan didokumentasikan dalam sebuah tulisan atau buku.
Karena......
A teacher affects eternity; he/she can never tell where his influence stops. (Henry Adams)
Blogger itu telah mati, tapi tulisannya abadi. (Wijaya "Omjay" Kusumah, S.Pd, M.Pd)
Mudah-mudahan ke depannya acara seperti Teacher Writing Camp ini bisa lebih berkembang dengan dukungan sponsor yang kuat sehingga lebih banyak TWC-TWC yang diadakan di kota-kota lain.
Keep narsis para guru yang keren-keren, keep nulis.