Rindu itu seperti pelataran mihrab yang tersinari matahari senja
Menimang dan mereka-reka sudah sejauh manakah perjalananku
Dipenghujung  bulan yang terdapat didalamnya seribu berkah
Masih saja bebenah mencari-cari bekal yang  kurang untuk dirayakan
Dunia seakan bergejolak, di ujungnya riak membawa nafsu ria jumawa
Sudah seberapa banyak persiapan menyongsong ujung kemenangan ?.
Seakan lupa masih banyak jiwa tertinggal yang tidak mendapatkan rasa
Terhuyung memikul beban, mengais bekal untuk berjumpa denganNya
Dunia ini terlampau berat dipikul sendiri  dalam pesta pora tebar pesona
Ada hak untuk berbagi dan meringankan sesama menuju cintaNya
Hakekatnya justru melapangkan beratnya penghuni-penghuni pundak
Siang itu, aku tercenung tidak memdapatkan sesuatu yang diharapkan
Mihrab itu, aku menuju kearahnya dalam compang camping bekal  yang kubawa
Masih saja ada yang mengalir lembut menyejukan sisa pengharapan
Bercumbu dengan kasihmu, mengurai rasa, bergelut dengan gejolak nafsu angkara
Senja itu pun kupeluk dengan segenap kekurangan, dengan keterbatasanku
Hanya berharap akan rahmatMu sajalah kubersujud dan menunaikan perintahMu
Dan sebait do’a pun turut menyemarakan rindu belayan akan nuansa kasih Mu
Tidak ada yang pantas untuk dibanggakan dalam gebyar hiruk-pikuk duniaku
Namun masih berharap akan rahmat yang selalu tercurah dari Mu
Selamat datang hari kemenangan, selamat tinggal bulan pengharapan
sempai ketemu di mihrabmu mendatang
apakah aku sedang  merindu
atau tergugu ?