Aku seolah terhempas ke dalam jurang yang paling dalam ketika mengetahui Bapak akhirnya meninggal dunia setelah kecelakaan hebat yang dialaminya di jalan protokol W. Usiaku saat itu menginjak empat belas tahun. Usia yang masih sangat butuh perhatian seorang Bapak, terutama berkaitan dengan masalah materi. Sudah barang tentu saat Bapak tiada, maka keputusan terbaik aku harus putus sekolah. Demikian juga adikku. Karena bagaimanalah berharap kepada Ibu. Selama menikah dengan Bapak, dan memiliki dua orang anak, dia hanya tahu menjadi ibu rumah tangga yang baik. Dia tak pernah direcoki masalah mencari uang. Selain belum memiliki keinginan untuk mencangkul kerasnya kehidupan, ultimatum Bapak ketika masih hidup adalah Ibu harus fokus mengelola keluarga. Masalah mencari nafkah ada di kepal tangan Bapak yang lihai memainkan kemudi. Bapak seorang sopir truk. Di truk pula dia menemui ajalnya.
KEMBALI KE ARTIKEL