Kepala-kepala menyemut dan berkeringat, sedari pagi telah memaksaku fokus ke depan. Fokus berusaha menjangkau tenda beratap terpal biru dengan wajah-wajah Tionghoa yang selalu tersenyum ramah. Hasilnya kau tahu, cengkeraman tanganku di pergelangan tangan Sulai, anakku yang baru berumur dua setengah tahun itu, tak dinyana terlepas. Entak kapan dia lolos dari genggamanku. Aku terlalu berambisi sebagai orang super kere untuk mendapatkan barang-barang  seharga beberapa ribu rupiah itu.
KEMBALI KE ARTIKEL