Kami duduk bersisian pada sebuah bus jurusan Palembang-Bandung. Waktu itu pagi masih suam-suam kuku. Kulihat raut lelah memagari wajahnya yang bulat. Dia meluruskan kaki ke bawah jok di depan kami. Sebuah novel berjudul "Psikopat", meluncur hampir menyentuh lututnya. Dia bergegas meraihnya. Memantapkannya di antara lipatan paha yang hampir bulat. Dia tersenyum. Menatap cuaca mendung di luar dengan mata elang.
KEMBALI KE ARTIKEL