Di tengah berkembangnya dunia digital dan perubahan pola konsumsi budaya, puisi sering kali terpinggirkan dan dianggap sebagai bentuk sastra yang jadul atau hanya relevan bagi kalangan tertentu. Banyak orang kini lebih tertarik pada hiburan visual dan konten yang cepat dipahami, seperti video dan media sosial. Sementara puisi yang kaya akan makna dan kadang memerlukan interpretasi mendalam cenderung dilupakan. Sastra, khususnya puisi, sering kali dilihat sebagai sesuatu yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang, bahkan dianggap terlalu berat atau sulit dipahami oleh generasi muda. Hal tersebut dapat ditemukan melalui beberapa jurnal ataupun artikel tentang menurunnya minat terhadap puisi di kalangan anak muda. Salah satunya adalah artikel yang ditulis oleh Fathica (2024), bahwa menurunnya minat anak muda terhadap puisi semakin terlihat jelas. Hal ini tampak dari minimnya jumlah anak muda yang membaca, menulis atau membuat, menghadiri acara-acara puisi, dan berpartisipasi dalam lomba puisi. Namun, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan media digital, muncul fenomena baru yang mencoba menghubungkan puisi dengan audiens yang lebih luas yakni
podcast sastra.
KEMBALI KE ARTIKEL