menatap pagi yang berkah
sinar temaram di sela kusen
anak-anak menari-nari di gemercik embun
di lidah rumput yang berayun
betapa indah pagi itu
ketika kita menyeduh waktu
pada secangkir rindu
keindahan seolah tak berlalu
ada saatnya susah merebah
menatap pagi yang marah
sinar menyalak memangkas jendela
anak-anak menyanyikan kesedihan di sisa hujan
apakah jadinya hujan di halaman pindah ke mata
aku ingin memeluknya sedalam peluk
betapa terkadang kepentingan hati
kebersamaan terurai dalam mata belati
tak ada lagi beriak mata hati
kesuraman itu apakah layak dinanti
belajar pasrah ketiba rebah
ikhlas apa pun terserah
tapi tak ingin benang kebersamaan dibelah
tunas-tunas itu tetaplah amanah
yang tak pernah berharap melihat kaca jendela pecah
"bagaimana kami menikmati halaman yang cerah?"
Plg, 2020