My Name is Khan, sebuah Film yang menceritakan seorang muslim sejati memperjuangkan nasib umat muslim di Amerika yang selalu mendapat perlakuan diskriminasi, marjinalisasi dan intimidasi penduduk Amerika terhadap muslim pendatang pasca tragedi 11 September. Film ini banyak mengupas kehidupan penduduk Amerika dan mengkritisi anggapan buruk mereka terhadap umat Islam sebagai teroris. Bahkan film yang dibintangi oleh Shahrukh Khan ini, dengan berani mengkritisi kehidupan sosial penduduk negrinya sendiri, antara umat Islam dan Hindu yang tidak harmonis. Karan Johar, sineas muda India yang mensutradarai film ini, membuat nuansa film Khan berbeda dengan film-film Bollywood yang kebanyakan bergenre romance dan komedi tanpa diimbangi pesan moral yang kuat. Film Khan, mengusung tema besar “Repair The Word With Love”. Misi besar inilah yang membuat film ini nampak excellent dan bermutu tinggi.
Konflik Film Khan Pesan moral dan kritik sosial dalam film ini sangat kuat. Terutama masalah yang sudah lama mengundang perhatian masyarakat dunia, dan dampak dari masalah ini besar pengaruhnya bagi kemaslahatan dan keharmonisan hidup manusia di muka bumi. Ya! konflik antara Islam dan Barat. Sebagaimana Samuel Huntington Ilmuwan kepercayaan Amerika, menyebutnya sebagai “Benturan Peradaban” antara Islam dan Barat. Sedangkan sejarawan Yahudi Bernard Lewis pakar Timur Tengah, menyebutnya sebagai “Bentrokan antara Islam dan Barat”. Lewis menganggap konflik itu merupakan kelanjutan dari 14 abad silam sejak munculnya Islam hingga sekarang. Mainstream yang tertanam, muslim selalu mengangggap mereka kaum yang melakukan perlawanan sedangkan Barat selalu melakukan pembelaan. Barat merasa terancam dengan kemunculan Islam sehingga ia melakukan pembelaan, sedangkan Islam merasa terusik keberadaanya dengan pembelaan yang dilakukan Barat, sehingga Islam melakukan peralawanan. Dua titik permasalahan ini yang hingga sekarang tak menemukan titik temu. Film yang lokasi syutingnya di tiga Negara USA, Kanada dan India ini syarat akan pesan perdamaian, dan dakwah islamiyah. Memang film Khan mengangkat perjuangan seorang muslim yang mengharumkan nama baik Islam di pusat negara yang penduduknya mayoritas membenci Islam, tentunya demi menggapai misi besar film ini. Tragedi 11 September yang membuat Amerika geram terhadap Islam, Huntington dalam bukunya “Who Are We?” berani mengungkapkan Islam militant adalah musuh Amerika pengganti Uni Soviet. Tragedi diataslah yang menjadi awal mula koflik dalam film Khan. Di negri Paman Sam, Khan membina keluarga dengan penuh kebahagiaan dan menjalin hubungan dengan tetangganya secara harmonis. Keadaan itu berbalik seratus delapan puluh derajat, setelah aksi terorisme yang berhasil meruntuhkan gedung kembar Word Trade Center, 11 september 2001 itu. Dalam film Khan terdapat satu hal yang sangat sensitif diangkat dihadapan umat Hindu dan Islam, dihadapan umat agama yang banyak dipeluk oleh penduduk India. pernikahan antara seorang pria yang beragama Islam Khan, menikahi wanita beragama Hindu Mandira. Bagi umat muslim berkeyakinan lebih baik menikahi orang yang tidak berparas indah tapi beragama Islam, daripada menikahi seroang yang berparas indah tapi bukan muslim. Dua konflik film diatas, konflik Islam dan Barat serta pernikahan berbeda agama, merupakan tema besar film ini, tema yang jarang diangkat secara mendalam kehadapan publik. Dan hal itulah yang menjadi kelebihan dan kekuatan film My Name Is Khan dari film-film Bollywood lainnya.
Khan dan Cinta Cin(T)a adalah film karya anak bangsa yang mengangkat kisah percintaan dua insan yang berbeda keyakinan. Sama dengan film Khan, sama-sama mengangkat tema sensitif bagi umat berbeda agama. Kekuatan dalam film Cin(T)a terdapat dalam dialog sederhana yang mengandung makna yang mendalam. Seperti dialog di bawah ini : “Kenapa Allah menciptakan kita berbeda-beda, kalau ingin disembah dengan satu cara”, “Makanya Allah ciptakan cinta, biar yang beda-beda bisa nyatu”. Dua film ini sama-sama mengusung nama cinta untuk mempersatukan perbedaan, agar terjalin hubungan yang harmonis dalam perbedaan itu. Dakwah islamiyah melalui cara menebar kebencian dan permusuhan yang berujung dengan tindakan aksi anarkis dan pengrusakan dengan dalih jihad sangat ditentang keras dalam Film ini. Dalam Film Khan anggapan “Relation doesn’t made by blood they can even build by love” adalah harga mati. Dr. Marzuk Aulad Abdullah seorang dosen studi Islam di Free University Amsterdam, ketika diwawancarai media masa terkemuka di Timur Tengah Syarqul Awsat, mengenai Barat dan fobia Islam. Beliau mengemukakan bahwa perspektif sejarah peninggalalan Orientalis Barat dalam lipatan buku-buku yang diajari dan dimasukkan dalam kurikulum sekolah di Barat, terdapat kesalahan persepsi yang keliru tentang Islam. Kesalah pahaman diatas ditambah dengan tindakan sebagian umat muslim garis keras yang selalu menebar ancaman bagi orang Barat dimanapun ia berada menambah imej buruk Islam terhadap orang Barat. Menurut Dr. Qosim Abduh Qosim dalam kitabnya I’adatu Qiro’atu At-Tarikh, sejarah terjadinya konflik Islam dan Barat akibat para peneliti mengabaikan atau tidak menghiraukan terhadap penelitian untuk saling menganalisa kedua peradaban ini. Islam tidak mau mengenal lebih mendalam kenapa Barat berlaku demikian terhadapnya begitupun sebaliknya, apakah benar anggapan bahwa Islam mengancam keberadaan Barat? Tanpa adanya pengenalan yang lebih dalam melalui penelitian dan analisa secara objektif, tentu tidak akan menemukan titik terang, agar kedua kubu yang bertikai ini sama-sama saling mengerti keadaan mereka masing-masing. Hingga saling menghormati serta saling bertoleransi, untuk menjalin hubungan yang lebih harmonis menuju perdamaian abadi di dunia. Dengan kekuatan cintalah Film Khan menyatukan perbedaan dan mendamaikan pertikaian diatas, dua konflik film yang menajdi tema besar Film ini. Dengan cinta kasih sayang kepada siapapun tanpa membeda-bedakan manusia rahmah lil’alamin akan terpancar. “The way of God, is the way of love,” ungkapan yang menjadi inti dalam film Khan. Ending dalam film ini mempertemukan Khan dengan Presiden Amerika yang kagum atas perjuangan Khan. Khan pun memiliki janji yang harus ditepati untuk mengungkapkan sebuah kalimat di hadapan presiden Amerika (seraya mewakili umat muslim di dunia) Khan menguncapkan, “My name is Khan, and I am not terrorist”.[] Rujukan : - Buku I’adatu Qiro’atu At-Tarikh karya Dr. Qosim Abduh Qosim, cetakan I, 2009. PT. Al-Arabi Kuwait. - Syarqul Awsat, selasa 22 desember 2009. - Film cin(T)a. NB : tulisan ini dapat juga dinikmati di :
http://ripai.blog.co.cc/2010/02/21/khan-konflik-islam-dan-barat/#more-254
KEMBALI KE ARTIKEL