Siapa penulis yang ada di benak Anda pertama kali ketika mendengar novel romantis? [caption id="attachment_122785" align="aligncenter" width="300" caption="Jane Austen"][/caption] Apa orang yang di gambar atas ini kah? Jika ya, maka Anda sepakat dengan saya. Siapa pula yang tidak mengenal Jane Austen? Jane Austen merupakan novelis romantik berkebangsaan Inggris yang terkenal sampai sekarang. Selama 150 tahun lebih novel-novelnya tetap populer. Bahkan di tempat asal muasal kedua orang tuanya menikah yaitu di Bath, karya-karya Jane Austen menginspirasi orang-orang Bath untuk mengadakan JAF (Jane Austen Festival). Tepatnya pada tahun 2000 acara ini pertama kali diadakan, awalnya hanya 30 orang yang ikut andil. Tapi pada tahun 2009, anggotanya menjadi 450 orang dan ini memecahkan rekor Guinness World Record, "Largest gathering of people in Regency costume." Diantara novel-novelnya, Pride and Prejudice lah yang terkenal. Setelah itu Sense and Sensibility. Cover belakang pada novel Pride and Prejudice bahkan tertulis komentar dari seorang Anthony Trollope (novelis terkenal berkebangsaan Inggris juga yang hidup setelah Austen wafat):
"Miss Austen merupakan penulis yang luar biasa. Dia melakukan segalanya dengan hebat. Hingga saat ini, karyanya sama sekali tidak bercela." Anda pasti sependapat dengan Trollope atau yang lain. Saya pun sependapat dengan mereka. Surprisingly pada tahun 2007 dibuatlah film dengan judul Jane Austen Book Club. Di tangan emas Robin Swicord yang sebagai screenwriter sekaligus director, film ini meraih rating senilai tujuh. Jujur, (menurut saya) semua dikemas dengan sempurna (termasuk pemilihan lagu!). Perubahan per karakter dari masalah yang dihadapi, so perfect! Bahkan mungkin jika saya seorang screenwriter juga,
ngga bakal kepikiran solving problem yang segitu dramatisnya. Tapi terlepas dari itu semua, tahukah Anda kalau novel fiksi romantis itu bisa berakibat buruk bagi kepribadian kita? Berdasarkan hasil penelitian, sebagaimana yang terangkum dalam British Journal Medical, bahwasannya wanita masih memegang teguh idealisme about love and sex terhadap lawan jenis akibat pengaruh fiksi romantis. Apabila mereka berhadapan dengan suatu masalah, mereka cenderung berpikiran pada apa yang mereka baca dibanding sebuah realita yang telah terbukti oleh hasil penelitian atau studi terpecaya. Maklumlah ya orang sana mengandalkan logika. Saya pun yakin di negara kita pasti
ngga jauh berbeda dengan wanita Eropa kebanyakan.
Sebagian besar masih terdampar jauh dalam imajinasi, kesempurnaan dan pelarian idealismenya melalui genre itu. Dan apa berarti karya Jane Austen langsung ter-cela-kan begitu saja? Mungkin.. jika ada orang yang sejauh ini masih terngiang-ngiang (baca: sangat terpengaruhi) dengan cerita dan tokoh-tokoh yang ada dalam semua karyanya. Mungkin juga tidak.. jika ada orang yang berpikir:
tutup buku, dan hadapi. Inilah realita! Semua tergantung pembaca, tentukan sikap, dan yang manakah Anda? :-)
KEMBALI KE ARTIKEL