PENGUMUMAN : HARGA BBM TIDAK NAIK!!!
Isu kenaikan BBM semakin santer terdengar. Dari Sabang sampai Merauke di ujung timur negeri ini semua membicarakannya. Tidak luput terkecuali wong cilik. Mulai dari tukang becak, pengamen jalanan, tukang sayur, tukang tambal ban, pegawai honorer hingga pegawai negeri menjadikan isu ini sebagai obrolan hangat.
Kembali ke topik. Kenaikan BBM memang menjadi isu sensitive. Sebab, dampak kenaikan BBM bakal berpengaruh pada beragam sektor dan sendi kehidupan rakyat. Kepada rakyat, khususnya “wong cilik”, kenaikan BBM dirasa sangat memberatkan. Bagaimana tidak, dengan kemampuan ekonomi kurang, mereka harus terkena imbas kenaikan harga sembako.
Efek ini sudah menjadi menjadi rumus pasti. BBM naik sembako juga naik. Tidak hanya sembako, ongkos trasportasi juga naik. Hingga harga jengkol yang notabene bukan makanan pokok ikut melonjak drastis. Memang apes nasib wong cilik ini. Mereka semakin sulit untuk bertahan di tanah pertiwi yang katanya Gemah Ripah Loh Jinawi.
Dengan beragam alasan, kenaikan harga BBM dibangun sedemikan rupa. Entah itu membengkaknya subsidi bahan bakar minyak bersubsidi, subsidi BBM yang justru banyak dinikmati oleh golongan mampu yang tak berhak, hingga kebijakan pemberian BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang sekarang menjadi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Tetapi dampak yang dirasakan rakyat akibat kenaikan harga BBM berbeda dengan wacana yang dibangun pemerintah. Rakyat hanya tahu bahwa akibat kebijakan tersebut akan semakin mempersulit beban hidup mereka.
Entah apa yang ada di benak para pemimpin kita ini. Seharusnya para pemimpin bisa menjadi ujung tombak pembela kepentingan rakyat. Tetapi kenyataan yang ada, mereka hanya berkaca pada diri sendiri. Mereka tidak berkaca pada kepentingan rakyat yang lebih besar. Apakah mereka tidak pernah merasakan hidup sebagai wong cilik? Meresakan himpitan hidup di tengah melonjaknya harga kebutuhan pokok? Merasakan nikmatnya makan beras miskin (raskin) dicampur garam? Merasakan tingginya biaya pendidikan? merasakan susahnya mencari BBM yang mulai langka? Atau merasakan bau “harum” angkutan kelas ekonomi?.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kehidupan para pemimpin kita berada dalam titik nyaman. Mereka tidak pernah merasakan nikmatnya hidup sebagai wong cilik. Mereka terbiasa hidup di tengah sistem yang korup. Mereka terbiasa dilayani dengan berbagai macam fasilitas yang mendukung. Mereka seolah lupa tentang nilai luhur yang diwariskan pendahulu bangsa bahwa yang namanya jadi pemimpin harus Melayani dan Mengayomi.
Tetapi bukan namanya pemerintah kalau tidak bisa mengemas isu. Dengan beragam intrumen, baik itu media, sosialisasi pejabat terkait, hingga pembuatan baliho, pemerintah dengan cerdik menggiring pola pikir rakyat agar setuju dengan kebijakan tersebut. Dengan senjata utama pemberian BLSM, rakyat Indonesia yang notabene sebagian besar masyarakat kurang mampu dipaksa secara tidak langsung menerima kebijakan itu. Padahal, dengan uang Rp. 150.000 tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin membumbung akibat kenaikan harga BBM. Belum lagi adanya potongan BLSM yang dilakukan oleh segelintir oknum yang dengan rakus memanfaatkan situasi.
Pemerintah juga tidak pernah mengevaluasi sejauh mana program BLSM berjalan. Realita di masyarakat menganggap BLSM hanya nikmat sesaat. Ada anekdot yang menggambarkan program BLSM “Kaya sehari, melarat 29 hari”. Ada benarnya juga. Dengan uang Rp. 150.000 hanya cukup untuk hidup sehari di tengah beban hidup sehari-hari saat ini. Masyarakat tetap miskin dan bodoh. Padahal dana yang digunakan untuk program tersebut mencapai Trilyunan Rupiah.
Selain itu, propaganda yang masih melalui media dilakukan setiap hari. Baik media televisi maupun radio. Dengan memanfaatkan Kebodohan dan Kelabilan berpikir rakyat, pemerintah dengan leluasa memanfaatkan kesempatan tersebut. “Jadi rakyat tidak usah kuatir. Tidak ada kenaikan harga BBM. Hanya PENYESUAIAN HARGA. Dengan PENYESUAIAN HARGA, akan ada BLSM, perbaikan sarana dan prasarana, beasiswa siswa miskin dsb”, begitu kiranya kata pemerintah.
Jadi mari kita dukung kenaikan harga BBM. BBM Sesuai (baca : naik), rakyat sejaktera. (jangan_ngimpi.com).
Sumber :
1.http://www.beritasatu.com/ekonomi/119251-presiden-laporan-bpk-perkuat-alasan-kenaikan-bbm.html
2.http://beritabulukumba.com/4762/presiden-sby-tegaskan-alasan-kenaikan-harga-bbm
4.http://news.liputan6.com/read/611843/4-alasan-buruh-tolak-kenaikan-bbm-dan-blsm