Dalam mengamati relasi relasi yang terjadi antara kehidupan individual dengan kehidupan sosial yang  sedang terjadi mesti melihatnya menggunakan kacamata imajinasi sosiologi.  Dalam esai ini saya akan membahas terkait satu permasalahan yang terjadi pada masyarakat yang bekerja sebagai penarik becak. Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan budaya dan pariwisatanya. Setiap hari orang dari berbagai macam daerah bahkan mancanegara datang ke kota ini. Berbagai jenis angkutan mulai dari yang tradisional seperti delman dan becak kayuh hingga angkutan lainnya yang dapat dengan mudah dipesan lewat gadget. Menurut saya ini menjadi permasalahan. Pasalnya para pemberi jasa antar becak kayuh khususnya, mereka mengalami penurunan pendapatan akibat sepinya penumpang. Bahkan semakin sulit untuk mendapatkan penumpang setiap harinya. Jangankan untuk bersaing dengan grab, gojek dan lainnya, untuk bersaing dengan sesama para penarik becak saja kesulitan karena saking banyaknya. Jasa penarik becak kayuh sudah banyak tergantikan oleh adanya Bentor (becak motor), dan jasa antar lainnya. Jika tidak dilihat menggunakan teori imajinasi sosiologi, ini hanya menjadi permasalahan personal. Namun jika menggunakan kacamata imajinasi sosial, ini bukan hanya permasalahan personal saja tapi juga akan menjadi sebagai permasalahan publik. Mungkin jika satu orang penarik becak tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya itu permasalahan personal, tapi jika hal itu (berkurangnya pendapatan) dialami oleh banyak penarik becak kayuh lainnya tentu hal itu menjadi permasalahan publik. karena dengan menurunnya pendapatan para penarik becak ini akan mempengaruhi terhadap perekonomian keluarga mereka. Keluarga para penarik becak kayu akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan tak jarang kita banyak temui para penarik becak kayuh kita temui di lampu merah untuk meminta sumbangan dari para pengendara yang melintas.
KEMBALI KE ARTIKEL