Dalam sejarah panjang perjalanan bangsa ini, kita sudah dipimpin oleh 6 orang Presiden. Mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ. Habibie, Gus Dur, Megawati dan terakhir Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Dalam rentang perjalanan kepemimpin mereka, masing-masing tentu bergelut dengan problem kenegaraan yang kompleks, sekaligus juga problem pribadi yang tidak sedikit. Karena itu, sangat wajar jika ada sedikit keluhan yang disampaikan oleh Presiden-presiden kita di masa mereka memimpin negeri ini. Saya mencoba mengingat keluhan-keluhan presiden yang pernah saya tonton di televisi atau saya sempat baca di koran dan majalah.
1. Soekarno. Saya lahir jauh setelah Soekarno tiada, sehingga saya tidak punya catatan bagaimana keluhan beliau semasa memimpin bangsa ini.
2. Soeharto. Beliau memimpin negeri ini tanpa ada kekuatan oposisi yang sesungguhnya. Kekuasaan beliau bisa dibilang mutlak. Parta politik tidak bisa menjalankan fungsi chek and balancenya, karena Ketua partai sendiri dipilih oleh restu Soeharto juga. Praktis, tidak ada yang mesti ditakutkan oleh Soeharto dalam memimpin negeri ini. Karena itu, beliau juga jarang mengeluh. Satu keluhan-- atau lebih tepatnya ancaman barangkali-- yang sempat saya tonton di TVRI adalah ketika beliau mengeluhkan suara-suara sumbang yang ingin anak-anaknya dilarang berbisnis. Kalau tidak salah, beliau meminta kalau beliau mau dipilih lagi, rakyat harus mengizinkan anak-anaknya berbisnis.
Di lain kesempatan, Soeharto juga pernah curhat, dengan mengaku dirinya sebagai orang TOP, alias Tua, Ompong dan Peyot. Meskipun curhat, ini sebenarnya sikap merendah(agar terkesan rendah hati) Soeharto dalam menerima pinangan para penjilat di sekitarnya yang mendorong-dorong beliau untuk terus maju menjadi Presiden berkali-kali. Tapi curhat beliau tidak dibuat untuk membuat rakyatnya ikut bersedih atu bersimpati. Saya kira itu salah satu gaya humor beliau.
3. Habibie. Waktu yang singkat menggantikan Soeharto dan mempercepat Pemilu berikutnya, membuat lelaki yang mengaku murid politik Soeharto ini sibuk luar biasa. Dia harus bekerja keras mengawal bayi reformasi yang baru lahir. Sebagai pekerja keras, Habibie tidak pernah mengeluhkan tugas-tugasnya. Begitu pun ketika DPR dan MPR menolak laporan pertanggungjawabannya di akhir masa kepemimpinannya, beliau sadar dengan penilaian rakyat-- yang diwakili oleh para wakilnya di DPR-- terhadap dirinya, sehinngga beliau legowo dan arif menolak dicalonkan kembali sebagai calon Presiden, sehingga kemudian lahirlah Poros Tengah untuk menjegal Megawati menuju kursi Preesiden.
4. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kiyai NU ini naik ke tampuk kekuasaan atas kecanggihan gaya berpolitik (rayuan maut) Amien Rais. Salah satu keluhan yang sempat saya ingat, entah di koran atau di televisi, adalah ketika beliau mengeluhkan lemahnya (lebih tepat enggannya) aparat hukum (polisi) menyeret seorang yang beliau sebut sebagai penjudi kelas kakap. Padahal, kata beliau, si penjudi ini beroperasi di depan mata, di Pulau seribu, yang jaraknya hanya selemparan batu dari Ancol. Keluh kesah ini saya kira beliau tujukan sebagai sindiran kepada aparat keamanan yang terkesan lebih melindungi si penjudi ketimbang menyeretnya ke meja hukum.
5. Megawati. Beliau akhirnya berhasil naik ke singgasana Presiden yang memang semestinya jadi miliknya (karena partainya menjadi pemenang Pemilu), menggantikan Gus Dur yang lengser di tengah jalan karena diturunkan oleh MPR pimpinan AMien Rais yang dulu merayunya menjadi Presiden, akibat skandal Bulog Gate. Sebagai Presiden yang irit bicara kepada media, sulit mencari ungkapan-ungkapan beliau yang bisa kita kategorikan sebagai keluhan pada masa beliau menjadi Presiden. Saking pelitnya beliau bicara kepada media, saya sebagai rakyat lupa beliau pernah ngomong apa saje ketika menjadi Presiden.
6. Susilo bambang yudhoyono. Presiden kita yang sekarang ini bertengger di kursi kekuasaan untuk kedua kalinya, bahkan kemenangan keduanya beliau raih dengan suara besar, melebihi 50% suara, membuat Pemilihan Presiden cukup berlangsung satu putaran. Sebuah modal kepercayaan yang besar dari rakyat. Sayangnya, justru di pemerintahaannya yang kedua inilah beliau banyak mengeluh dan curhat kepada media. Ndilalahnya lagi, yang dikeluhkan beliau selalu saja urusan pribadinya, mulai dari sms sampai ancaman melengserkan beliau di tengah masa pemerintahannya.Saya tidak mau berpanjang lebar mengenai keluhan beliau, karena kita hidup di jaman sekarang juga, sehingga anda-anda bisa membaca sendiri di berbagai media, apa saja keluhan beliau. Berbagai pakar politik dan para politikus juga sudah berbusa-busa menyesalkan keluhan dan curhat beliau, sehingga saya tidak perlu menambahinya lagi. Semoga, ini menjadi pelajaran bagi calon-calon pemimpin bangsa ini ke depan.