Konsekuensi adalah representasi dari sebuah sikap. Setiap sikap menentukan konsekuensi yang akan terjadi dalam hidup seseorang. Bersikap memang sebuah aktivitas dari setiap makhluk yang bernyawa, tak terkecuali itu adalah tumbuhan.
Cobalah sesekali memperhatikan bunga matahari, tanpa sugesti dari siapa pun dia akan bergerak dengan sendirinya menghadap matahari. Mengapa demikian? Jawabnya sederhana, sebab tumbuhan mengerti hakikat sebuah kehidupan. Ketika dia memilih tetap dalam posisinya (tidak menghadap matahari) maka dia akan layu dan konsekuensi terburuknya dia akan mati.
Seperti itulah kehidupan. Setiap makhluk yang bernyawa harus mengerti hakikat kehidupan yang sedang dijalaninya. Jika tak mengerti, maka dia akan berhenti pada satu titik yang dapat membelenggu dirinya, menjerat, bahkan menguburnya hidup-hidup. Dia hanya akan memiliki angan-angan palsu, mimpi-mimpi indah yang tak pernah menjadi kenyataan.
Hakikat hidup adalah terciptanya keselarasan antara keinginan dan tindakan (sikap). Contoh sederhananya adalah ketika anda ingin diet. Tindakan yang anda harus anda lakukan adalah menghindari makanan-makanan yang tinggi lemak dan berolahraga dengan teratur. Ketika anda memilih untuk melakukan hal tersebut maka tentu anda akan mendapatkan hasil yang anda inginkan. Namun, sebaliknya jika anda memilih untuk tidak melakukannya, maka tunggulah akibat yang sangat tidak anda inginkan terjadi.
Sikap, apa pun bentuknya akan menghasilkan efek dan konsekuensi bagi pelakunya. Hal ini adalah sebuah nilai mutlak dari entitas kehidupan. Sikap bunga matahari yang memilih untuk menghadap ke arah matahari diatas merupakan contoh konkrit dari sebuah sikap hidup yang bijaksana dan bersahaja. Nah, sudah seharusnyalah kita bersikap seperti bunga matahari, bersikap karena mempertimbangkan konsekuensi dari sikap yang ia lakukan adalah konsekuensi terbaik untuk kelangsungan hidupnya.
Wallahu alam bissyowab!