Istilah Mongule berasal dari bahasa Waborobo, Â yang berarti "Cape/Lelah". Dalam bahasa Wolio disebut "Mangule". Dalam istilah kearifan lokal masyarakat Waborobo Mongule dapat dimaknai "Saat berlelah-lelah untuk bekerja membantu warga yang sedang melaksanakan hajatan". Â Kegiatan seperti ini hampir setiap daerah di jazirah Kepulauan Buton memiliki tradisinya sendiri.Kegiatan Mongule biasanya dimulai 1 hari sebelum hajatan dimulai. Â Baik hajatan nikahan, Â Posuo, Â dan kegiatan-kegiatan yang menampung banyak orang lainnya. Orang yang hadir dalam kegiatan inipun mencakup semua kalangan, Â mulai dari anak-anak, Â muda-mudi, Â hingga orang tua yang berusia lanjut.
Pembagian tugasnya pun berbeda-beda. Mulai dari menanak nasi, Â membersihkan bulu ayam hingga memanggang ayam, Â cuci piring, Â buat kue, Â kampak kayu bakar, dan masih banyak lagi.Hal yang menarik adalah nuansa kebersamaan serta tawa-riang hadir hampir disemua sudut hajatan tersebut. Bahkan tidak hanya menjadi wadah gotong royong, Â tetapi juga menjadi tempat bertukar pikiran dan informasi. Â
Saya cukup terketuk, Â saat disamping ada seorang Ustad, Â belakangan Saya ketahui namanya Ust. Nasrul. Beliau menyampaikan ke saya pribadi bahwa "Pemandangan seperti ini tidak akan kita temui di Kota, Â ini hanya terjadi di Kampung seperti Waborobo ini, kalau di Kota-kota, Â hajatan seperti ini sudah pasti menghunakan Catering dll".
Apa yang disampaikan Ust tersebut benar adanya. Tradisi semacam ini akan tergerus oleh modernya Kota. Hal ini akan tetap bertahan jika Pola pikir masyarakat di tempat tersebut selalu sama.
KEMBALI KE ARTIKEL